Showing posts with label SIAP MENGAJAR. Show all posts
Showing posts with label SIAP MENGAJAR. Show all posts

Monday, January 20, 2025

Aku Guru Hebat, Apapun Kurikulumnya


Di dunia ini serba berubah dan tak ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri. Hal ini berlaku pula dalam bidang kurikulum. Kurikulum senantiasa berubah secara terus-menerus mengikuti kecenderungan perkembangan ilmu dan teknologi, perubahan kebutuhan masyarakat dan peserta didik. Indonesia sendiri termasuk negara yang sering mengubah kurikulumnya.

Sejak masa kemerdekaan tahun 1945, pemerintah Indonesia sudah beberapa kali mengubah kurikulum, mulai dari tahun 1947 Rencana Pelajaran, dirinci dalam Rencana Pelajaran Terurai, Rencana Pendidikan Sekolah Dasar (1964), Kurikulum Sekolah Dasar (1968), Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) (1973), Kurikulum Sekolah Dasar (1975), Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Revisi Kurikulum 1994 (1997), Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (2006), Kurikulum 2013, Kurikulum Merdeka (2024). Dan, sekarang kita dihadirkan dengan perubahan substansi kurikulum, yakni pendekatan deep learning atau Pembelajaran Mendalam.

Kurikulum tidak boleh statis, harus berubah. Maka karena itu perubahan substansi kurikulum merupakan hal biasa. Yang ingin dipersoalkan di sini bukan substansi perubahan kurikulum, tetapi lebih difokuskan pada tindakan antisipatif terhadap perubahan substansi kurikulum tersebut, yang ditampakkan guru dalam kemampuan inovatifnya ketika melaksanakan kurikulum di sekolah. 

Guru perlu tanggap secara proaktif, ketika adanya perubahan substansi kurikulum yang tak sekadar pasrah atas perubahan substansi kurikulum tersebut.

Nana Syaodih berkata, betapa pun bagusnya kurikulum (official), tetapi hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan guru dan juga murid dalam kelas (aktual). Sebagus apapun kurikulum yang dicanangkan, jika guru sebagai pelaku utama dalam proses pembelajaran tidak dapat memahami dan mengaplikasikan hasilnya pun akan sia-sia.

Jadi, selain perbaikan berkala terhadap kurikulum sebagai acuan pelaksanaan pendidikan, juga perlu diperhatikan pula pengembangan kualitas dan kemampuan guru sebagai pelaksana dari kurikulum itu sendiri.

Pemahaman dan inovasi guru tentang kurikulum akan menentukan rancangan guru (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, RPP) dan diterjemahkan ke dalam bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Kelaslah yang menjadi garis depan perubahan dan perbaikan kurikulum.

Guru juga harus menguasai kurikulum yang berlaku saat ini, sehingga mampu memahami dan menerjemahkan pesan-pesan kurikulum dengan cerdas. Tak sedikit guru  yang menjalankan perubahan substansi kurikulum dengan mengubah sampul serta perangkat mengajarnya sesuai format yang telah diberikan pada kegiatan-kegiatan pelatihan baik secara luring maupun daring.

Pengalaman menunjukkan meski kurikulum sering berubah, kenyataannya cara mengajar sebagian guru di depankelas tak banyak berubah. Dari dulu sampai sekarang sebagian guru asyik dengan metode konvensional. Sebuah fenomena yang menggambarkan betapa 'miskinnya' pengetahuan sebagian guru kita tentang model/pendekatan/strategi/metode/teknik pembelajaran.

Akhirnya, apapun perubahan substansi kurikulum yang hendak digagas, kita (guru dan manajemen sekolah) mesti bersungguh-sungguh dalam pelaksanaannya di sekolah. Biarlah substansi kurikulum berubah dan guru tetap berbenah.

Friday, January 17, 2025

Apa Itu Mindful Learning dan Penerapannya dalam Pembelajaran


Mendikdasmen Abdul Muti menggagas pendekatan deep learning dalam pembelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Salah satu elemen utamanya adalah mindful learning

Mindful learning atau pembelajaran yang sadar adalah pendekatan yang menekankan kesadaran penuh dan perhatianpada setiap proses belajar. Dengan menjadi sadar secara penuh, siswa diharapkan dapat lebih fokus, terlibat, dan terbuka terhadap pengalaman belajar mereka.

Arti Mindful Learning Menurut Ahli
Mindful learning menurut ahli

Berikut beberapa defenisi dari para ahli:
1. Ellen Langer (2016)
Mindful learning adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan perhatian penuh pada momen saat ini dan kesediaan untuk melihat berbagai perspektif.

2. Brown dan Ryan (2003)
Menurut Brown dan Ryan, pengertian mindfulness dalam pembelajaran adalah adanya kesadaran penuh terhadap proses belajar dan pengalaman belajar, yang membantu siswa lebih memahami dan merasakan keterhubungan dengan materi yang mereka pelajari

Prinsip Utama Mindful Learning
Mindful learning memiliki beberapa prinsip dasar, yaitu pertama, keterbukaan terhadap kemungkinan baru. Mindful learners tidak terjebak pada satu cara atau solusi yang sudah terbiasa. Mereka mencari berbagai kemungkinan dan tidak terbatas pada cara-cara tradisional dalam belajar.

Kedua, mengurangi pemikiran otomatis. Pembelajaran yang sadar berusaha untuk mengurangi kecenderungan berpikir otomatis, yaitu mengikuti kebiasaan atau rutinitas tanpa pertimbangan. Siswa didorong untuk lebih sering berhenti sejenak, berpikir, dan mengevaluasi cara mereka belajar.

Ketiga, proses bukan hasil. Mindful learning lebih menekankan pada proses daripada hasil akhir. Pembelajaran dianggap sebagai perjalanan yang berkelanjutan, di mana siswa aktif terlibat dan beradaptasi, bukan hanya berfokus pada pencapaian angka atau nilai.

Keempat, membangun hubungan antar pengetahuan. Salah satu aspek penting dari mindful learning adalah kemampuan untuk menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada, menciptakan pemahaman yang lebih luas dan aplikasi yang lebih relevan.

Penerapan Mindful Learning dalam Pembelajaran
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menerapkan mindful learning dalam pembelajaran:
1. Guru memulai pembelajaran dengan latihan pernapasan sederhana selama beberapa menit untuk membantu siswa lebih fokus.
2. Siswa menuliskan pengalaman belajar mereka dalam jurnal reflektif
3. Guru memfasilitasi diskusi kelompok yang melibatkan perhatian penuh siswa terhadap pemikiran dan ide teman-temannya. Misalnya, dalam mata pelajaran IPA, guru dapat mengajak siswa melakukan observasi alam dengan kesadaran penuh, seperti memperlihatkan suara, warna, terkstur di lingkungan sekitar. Kegiatan ini membantu siswa tidak hanya belajar IPA, tetapi juga mengembangkan keterampilan fokus dan refleksi diri.

Thursday, January 16, 2025

Pengertian Deep Learning Menurut Para Ahli


Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam merupakan salah satu metode dalam kecerdasan buatan (Artificial Intelegence/AI) yang saat ini semakin banyak diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Meskipun istilah deep learning lebih sering digunakan dalam konteks teknologi, dalam dunia pendidikan istilah deep learning berkaitan dengan cara-cara yang lebih mendalam dalam memproses informasi dan meningkatkan pembelajaran siswa. Lantas, apa pengertian deep learning atau pembelajaran mendalam menurut para ahli?

Di bawah ini terdapat penjelasan mengenai pendapat para ahli mengenai deep learning. Yuk, simak penjelasan lengkapnya. 

Arti Deep Learning Menurut Ahli

Deep learning menurut John Hattie

Berikut pengertian belajar menurut para ahli yang harus kamu ketahui.
1. John Hattie (2012)
Di dalam buku Visible Learning for Teacher: Maximizing Impact on Learning (2012), John Hattie membagi belajar menjadi tiga jenis, yaitu belajar di permukaan (surface learning), belajar mendalam (deep learning), dan belajar untuk transfer (transfer learning).

Belajar mendalam adalah periode dimana siswa mendalami pemahaman mereka, dan mengaplikasikan apa yang mereka pelajari di permukaan untuk mendukung pemahaman konseptual yang lebih mendalam.


2. Ellen Langer (1997)
Deep learning lebih dari sekadar memahami materi, melibatkan pemahaman dalam konteks yang lebih luas dan reflektif. Pembelajaran mendalam ini terjadi ketika siswa benar-benar berinteraksi dengan materi, mengaitkannya dengan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya, serta menggunakan pemahaman tersebut untuk menciptakan wawasan baru dan aplikasi praktis.

3. Marton dan Salj (1976)
Deep learning mencakup pemrosesan informasi yang lebih kompleks dan reflektif. Siswa yang menggunakan pendekatan ini tidak hanya menghafal informasi, tetapi mereka berusaha untuk memahami konsep secara menyeluruh, menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada, dan melihat hubungan antar konsep. 

Karakteristik pembelajaran mendalam (deep learning) menurut Marton dan Salj (1976), yaitu: Pertama, Pemahaman Konsep dan Prinsip. Siswa berusaha memahami hubungan antar konsep bukan hanya menghafal informasi secara terpisah.

Kedua, Refleksi Mendalam. Siswa cendereung mengembangkan kemampuan analitis dan kristisnya, serta merenung dan mengeksplorasi makna serta implikasi dari infromasi yang mereka pelajari. Siswa mencari makna dan relevansi dari apa yang mereka pelajari secara kontekstual serta mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.

Ketiga, Tujuan Jangka Panjang. Pembelajaran dilakukukan dengan tujuan untuk menguasai dan mengaplikasikan pengetahuan secara lebih luas dan mendalam. Apa yang diperoleh siswa tidak hanya untuk informasi jangka pendek, namun dimanfaatkan untuk manfaat yang lebih luas di jangka panjang. 

Demikianlah penjelasan mengenai deep learning  dari sudut pandang para ahli. Semoga membantumu semakin paham, ya!

Wednesday, January 15, 2025

Taksonomi SOLO dalam Deep Learning


Deep Learning
atau Pembelajaran Mendalam menggunakan taksonomi SOLO dan taksonomi Bloom. Taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome = struktur hasil belajar yang diamati) merupakan kerangka kerja yang dikembangkan oleh John Biggs dan Kelvin Collins (1982) untuk menilai dan memahami tingkat kualitas hasil belajar siswa.

Taksonomi ini berfokus pada kedalaman pemahaman siswa terhadap suatu konsep atau tugas, bukan sekadar kuantitas informasi yang diperoleh.

Menurut taksonomi SOLO, tingkat pengetahuan siswa dapat dilihat melalui tahapan prestructural (belum terstruktur), unistructural (satu struktur), multistructural (banyak struktur), relational (berhubungan), dan extended abstract (abstraksi meluas).

Pada tahap prestructural, siswa tidak memahami materi atau tugas dengan benar. Mereka cenderung memberikan jawaban yang tidak relevan atau menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan yang memadai. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan siklus air, siswa hanya menyebut kata-kata tanpa hubungan yang jelas, seperti hujan dan air.

Tahapan unistructural, siswa hanya dapat memahami satu aspek atau ide dari konsep yang diajarkan. Mereka dapat menjawab dengan benar, tetapi pemahamannya masih sangat terbatas. Misalnya, siswa menyebutkan bahwa hujan terjadi karena penguapan air, tetapi tidak menjelaskan proses lainnya dalam siklus air.

Tahapan ketiga adalah multistructural. Pada tahap ini, siswa dapat memahami dengan beberapa aspek dari konsep yang diajarkan, tetapi belum mampu menghubungkan aspek-aspek tersebut menjadi suatu kesatuan yang bermakna. Pemahamannya bersifat terfragmentasi. Misalnya, siswa menjelaskan bahwa siklus air melibatkan penguapan, kondensasi, dan hujan, tetapi tidak menunjukkan hubungan antara proses tersebut.

Tahapan berikutnya dari taksonomi SOLO adalah relational. Pada tahap ini, siswa dapat mengintegrasikan berbagai aspek dari konsep yang diajarkan menjadi pemahaman yang utuh. Mereka mampu menjelaskan keterkaitan di antara aspek-aspek tersebut. Misalnya, siswa menjelaskan bahwa siklus air melibatkan penguapan air dari permukaan bumi, pembentukan awan melalui kondensasi dan turunnya hujan yang mengembalikan air ke bumi, serta bagaimana proses ini berulang.

Tahapan terakhir adalah extended abstract. Siswa mampu menerapkan pemahaman mereka dalam konteks yang lebih luas atau abstrak. Mereka dapat mengeksplorasi ide baru, membuat generalisasi, atau mentransfer pengetahui ke situasi lain. Dalam hal ini, siswa menggunakan pemahamannya tentang siklus air untuk menganalisis dampak perubahan iklim terhadap pola hujan global. 

Taksonomi SOLO adalah kerangka yang digunakan untuk mengukur tingat pemahaman peserta didik melalui beberapa tingkatan hierarkis. Model ini berupaya menangkap bagaimana pemahaman berkembang dari sederhana ke kompleks. SOLO tidak hanya mengevaluasi kemampuan kognitif tetapi juga memfasilitasi pengajaran yang berpusat pada peserta didik. 

Tuesday, January 14, 2025

Apa Itu Deep Learning dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam

Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam merupakan salah satu metode dalam kecerdasan buatan (Artificial Intelegence/AI) yang saat ini semakin banyak diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Meskipun istilah deep learning lebih sering digunakan dalam konteks teknologi, dalam dunia pendidikan istilah deep learning berkaitan dengan cara-cara yang lebih mendalam dalam memproses informasi dan meningkatkan pembelajaran siswa.

Salah seorang ahli yang memiliki pandangan penting  tentang pembelajaran mendalam adalah John Hattie, profesor pendidikan asal Selandia Baru. John Hattie dikenal karena penelitian yang dilakukannya tentang faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. 

Di dalam buku Visible Learning for Teacher: Maximizing Impact on Learning (2012), John Hattie membagi belajar menjadi tiga jenis, yaitu belajar di permukaan (surface learning), belajar mendalam (deep learning), dan belajar untuk transfer (transfer learning).

1. Belajar di permukaan (surface learning)
Belajar di permukaan berarti belajar konsep, keterampilan, dan strategi yang akan menjadi dasar bagi siswa agar mereka dapat berpikir secara lebih mendalam.

2. Belajar mendalam (deep learning)
Belajar mendalam adalah periode dimana siswa mendalami pemahaman mereka, dan mengaplikasikan apa yang mereka pelajari di permukaan untuk mendukung pemahaman konseptual yang lebih mendalam. 

3. Belajar untuk transfer (transfer learning)
Belajar untuk transfer adalah kondisi di mana siswa menggunakan pemahaman mereka yang telah didalami untuk menggunakannnya di dalam konteks atau skenario baru. Saat ini, siswa juga sudah berpikir secara metakognitif, merefleksikan pembelajaran dan pemahaman mereka. 

Penerapan Deep Learning
Penerapan deep learning dalam pembelajaran tidak hanya berfokus pada penggunaan teknologi, meskipun itu juga bagian penting dari konsep ini. Pembelajaran mendalam dalam konteks pendidikan melibatkan pendidikan yang lebih holistik untuk mendorong siswa berpikir kristis, menyelesaikan masalah kompleks dan membuat keputusan berdasarkan pemahaman yang menyeluruh. 

Berikut ini adalah beberapa cara untuk menerapkan deep learning dalam pembelajaran yang bersesuaian dengan pandangan John Hattie, yakni: Pertama, Penggunaan Umpan Balik yang Membangun. Hattie menyatakan bahwa pembelajaran mendalam terjadi ketika siswa mampu menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Untuk itu, ia menekankan pentingnya peran guru dalam memberikan umpan balik yang jelas dan membimbing siswa untuk membuat koneksi antara konsep yang berbeda. 

Kedua, Mengunakan Pembelajaran Berbasis Projek. Model pembelajaran berbasis projek (Project-Based Learning, PBL) memungkinkan siswa untuk terlibat dalam tugas-tugas menantang yang memerlukan pemecahan masalah yang mendalam. Melalui projek, siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam situasi dunia nyata dan bekerja dalam kelompok untuk mengatasi tantangan.

Ketiga, Menggunakan Pembelajaran Kolaboratif. Pembelajaran mendalam juga dapat dicapai melalui kerja sama antar siswa. Melalui pembelajaran kolabortaif, siswa bekerja bekerja sama untuk menganalisis masalah, berbagi gagasan, dan menyelesaikan tugas secara berkelompok. 

Keempat, Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis. Salah satu elemen utama dalam deep learning adalah kemampuan berpikir kritis. Guru bisa mendorong siswa untuk bertanya lebih banyak, memberikan pertanyaan terbuka, dan mencari alasan yang lebih dalam untuk konsep yang sedang dipelajari sehingga siswa tidak hanya menerima informasi tetapi juga mempertanyakan dan mengeskplorasi gagasan-gagasan tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. 

Singkatnya, deep learning dalam konteks pendidikan tidak hanya berhubungan dengan penggunaan teknologi, tetapi juga dengan bagaimana siswa mengaitkan dan memahami pengetahuan yang lebih mendalam. Harapannya, kualitas pembelajaran dapat semakin meningkat dengan menerapkan cara-cara ini. 

Sunday, October 27, 2024

10 Istilah Dalam Pendidikan Perubahan Iklim yang Harus Dipahami Guru

Panduan Pendidikan Perubahan Iklim

Pendidikan perubahan iklim merupakan salah isu prioritas dalam Kurikulum Merdeka ataupun Kurikulum Nasional. Hal ini menjadikan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum yang responsif perubahan iklim untuk mempersiapkan generasi berketahanan terhadap dampak krisis iklim.

Pemerintah telah merilis Panduan Pendidikan Perubahan Iklim dalam giat yang bertajuk "Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka" pada Selasa, 27 Agustus 2024. Panduan Pendidikan Perubahan Iklim dapat diakses dan dipelajari lebih lanjut melalui tautan berikut kurikulum.kemdikbud.go.id

Menurut Panduan Pendidikan Perubahan Iklim, pendidikan perubahan iklim adalah salah satu isu prioritas dalam kurikulum yang bertujuan mengembangkan kompetensi peserta didik dalam menghadapi krisis iklim. 

Pendidikan perubahan iklim kini menjadi bagian dari kurikulum nasional di Indonesia, diterapkan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.


Ada berbagai macam istilah-istilah penting dalam pendidikan perubahan iklim. Jika tidak dipahami artinya, Bapak dan Ibu guru mungkin akan kesulitan saat memasukkannya dalam proses pembelajaran. 

Maka dari itu, sebaiknya pahami istilah-istilah dalam pendidikan perubahan iklim. Apa saja istilah baru yang akan sering digunakan dalam pendidikan perubahan iklim ini dan apa artinya? Berikut penjelasannya. 

Perubahan iklim
Perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca bumi, dapat terjadi secara alami misalnya akibat letusan gunung berapi dan aktivitas matahari maupun aktivitas manusia. Saat ini perubahan iklim terbukti telah menimbulkan dampak risiko dan bahaya yang mengancam keberlanjutan kehidupan tidak hanya manusia tetapi semua mahluk di Bumi, sehingga para ilmuwan sepakat untuk menyebutnya sebagai "krisis iklim". 

Krisis iklim
Perubahan iklim yang telah berada pada tingkatan ekstrem sehingga dapat mengancam keberlanjutan kehidupan semua mahluk di bumi. Frasa "krisis iklim" dipakai oleh ilmuwan dan pegiat lingkungan untuk menggambarkan situasi sangat genting akibat perubahan iklim yang mengancam keberlanjutan kehidupan semua mahluk di bumi. 

Antropogenik
Peristiwa yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Sederhananya, penyebab krisis iklim adalah manusia. Aktivitas menusia menghasilkan gas rumah kaca yang menjadi penyebab paling utam pemanasan global sehingga terjadinya krisis iklim. 

Pemanasan global
Meningkatnya suhu permukaan bumi akibat akumulasi gas rumah kaca di atmosfer. Pemanasan global banyak disebabkan oleh aktivitas manusia terutama dari kegiatan pembakaran menggunakan bahan bakar fosil seperti kegiatan produksi di pabrik, penggunaan alat transportasi, dan lainnya. 

Gas Rumah Kaca (GRK)
Sekelompok gas yang memiliki kemampuan menyerap energi panas cahaya matahari, termasuk diantaranya karbondioksida, metana dan dinitrrogen oksida. Akumulasi gas-gas tersebut menciptakan lapisan tebal yang menangkap radiasi panas sehingga menyebabkan peningkatan suhu global dan berdampak bagi bumi.

Efek rumah kaca
Proses terperangkapnya panas matahari di dekat permukaan oleh zat-zat yang dikenal sebagai gas rumah kaca. Keberadaan efek tersebut membuat suhu di bumi tetap optimal untuk kehidupan dan tempat tinggal berbagai mahluk hidup. Namun, efek rumah kaca yang tidak terkendali akibat peningkatan gas rumah kaca dan emisi karbon dioksida menimbulkan dampak negatif.  

Adaptasi perubahan iklim 
Berbagai usaha untuk melindungi diri atau menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi di masa depan.

Mitigasi perubahan iklim
Segala bentuk tindakan untuk memperlambat laju perubahan iklim, umumnya terdiri: (1) usaha mengurangi emisi gas rumah kaca, dan (2) usaha menyerap gas rumah kaca dari atmosfer bumi.

Rendah karbon
Aktivitas manusia yang dipilih atau dirancang sedemikian rupa agar tidak mengahasilkan gas rumah kaca atau menghasilkan sesedikit mungkin gas rumah kaca. Sebagai contoh: "gaya hidup rendah karbon", "pembangunan rendah karbon", dan lain-lain.

Bencana hidrometorologi
Hidro = air, metereologi = cuaca. Peristiwa terkait air dan cuaca yang menimbulkan kerugian atau korban.  

Itulah beberapa istilah dalam pendidikan perubahan iklim yang akan sering Bapak dan Ibu guru temui dan gunakan saat memasukkan isu perubahan iklim dalam proses pembelajaran. Semoga bermanfaat. 

Tuesday, October 15, 2024

P5 Jangan Ngasal

Projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka

Sejak Kurikulum Merdeka diluncurkan, kita sering mendengar tentang P5 yakni projek penguatan profil pelajar Pancasila. Meskipun sudah berjalan beberapa tahun akan tetapi di lapangan tidak sedikit yang mispersepsi terkait implementasinya. Beberapa praktik yang terjadi, seperti P5  harus menghasilkan sebuah produk dalam bentuk barang untuk dipamerkan dan jenis produk sudah ditentukan.
 
Tidak mengherankan jika kemudian demi terlihatnya P5 di sekolah, guru-gurunya yang kemudian sibuk merancang kegiatan, menginstruksikan murid untuk melakukan ini itu, atau bahkan guru-gurunya yang sibuk mengerjakan projek dibantu oleh muridnya, lalu setelah projek selesai, lenyap pula karakter yang menjadi esensi dimensi profil pelajar Pancasila.

Padahal P5 itu bukan sekadar produk dan selebrasi panen hasil belajar. P5 merupakan penguatan karakter murid. Produk atau aksi yang dihasilkan berasal dari karakter-karakter baik yang berhasil tertanam dan dikembangkan oleh anak melalui pelaksanaan P5. Apa gunanya punya produk atau aksi tetapi karakter tidak berhasil tertanam dan dikembangkan oleh murid? Apa gunanya selebrasi jika karakter baik tidak berhasil ditanamkan di kehidupan mereka sehari-hari?


P5 seharusnya menjadi jembatan solusi untuk berbagai masalah di sekolah. Melalui P5, murid belajar tidak hanya teori, tetapi juga mengembangkan karakter, kreativitas, dan kolaborasi untuk menghadapi tantangan nyata. Lebih dari sekadar tampilan, panen karya adalah perayaan perjalanan dan pembelajaran. 

Mencermati Tujuan
Menentukan Tujuan P5


Saat memulai P5, banyak sekolah yang memulai dengan pertanyaan, "Mau angkat tema apa ya di P5 tahun ini?" atau "Produk apa yang akan dihasilkan dalam P5 nanti?".

Padahal sesunguhnya ada yang lebih penting daripada produk ataupun tema, yakni tujuan P5 yang akan dicapai. Sesuai namannya, tujuan P5 adalah mencapai kompetensi dan karakter yang tertuang dalam dimensi. Ini yang sering diabaikan, di banyak sekolah selalu berfokus pada produk atau tema.
 
Sekali lagi, P5 tidak harus menghasilkan produk, kegiatannya tidak harus berbiaya besar, dan tidak harus mengandalkan teknologi. Ukuran keberhasilan P5 bukan terletak kepada kemeriahan acara atau besarnya biaya yang dikeluarkan, tetapi pengembangan karakter yang dirasakan oleh peserta didik. Hal ini yang perlu dicatat dan dijadikan patokan oleh satuan pendidikan atau oleh guru.

Proses atau Aktivitas
Projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) merupakan upaya untuk mendorong tercapainya profil pelajar Pancasila dengan menggunakan paradigma baru melalui pembelajaran berbasis projek. 

Menurut Edutopia, pembelajaran berbasis proyek (project based learning) disingkat PjBL adalah pendekatan kelas yang dinamis di mana peserta didik secara aktif mengeksplorasi masalah dan tantangan dunia nyata untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.


Di dalam pembelajaran berbasis projek kita memang dihadapkan pada kegiatan dan produk dengan tema tertentu. Namun, dalam hal ini yang menjadi fokus utama kita adalah bagaimana proses pembelajarannya bisa bermakna bagi kemajuan belajar peserta didik, bukan produknya. 

Selama ini guru beranggapan pembelajaran menghasilkan produk merupakan pembelajaran berbasis projek ternyata keliru. Bukan produk atau nilai yang menjadi tujuannya tetapi proses pembelajaran yang meningkatkan kompetensi murid. 

Murid terlibat dalam pembelajaran dan mampu mencari, memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan projek yang diberikan dengan pertanyaan pemantik. Karenanya, guru perlu merancang pertanyaan pemantik dan pertanyaan apa yang perlu diketahui terkait topik projek (need to know questions).
 

Perbedaan pembelajaran projek dan pembelajaran berbasis projek

P5 tidak sama dengan projek pembelajaran mata pelajaran. Keduanya jelas memiliki tujuan capaian yang berbeda. Di P5, tujuannya adalah pencapaian dimensi profil pelajar Pancasila, sedangkan projek mata pelajaran tujuannya Capaian Pembelajaran. 

Pembelajaran berbasis projek bukan hanya kegiatan-kegiatan membuat produk atau karya, namun kegiatan yang mendasarkan seluruh rangkaian aktivitasnya pada sebuah persoalan yang kontekstual. Oleh karenanya, pembelajaran berbasis projek biasanya mencakup beragam aktivitas yang tidak bisa dilakukan dalam jangka waktu yang pendek. 

Pelibatan murid secara aktif dalam seluruh tahapan projek (pengenalan tema, kontekstualisasi, aksi nyata, refleksi, kritik, dan revisi) menumbuhkan perasaan kepemilikan pada proses belajar yang dapat mendorong murid menjadi pembelajar aktif.

Asesmen
Asesmen P5 bukan  membandingkan produk murid dan menilai produk tetapi rubrik pencapaian dimensi untuk menyimpulkan pencapaian projek profil. Data diperoleh dari jurnal (guru) dan portofolio (peserta didik). Hasil data yang terkumpul selama proses P5 berlangsung, lalu diolah sebagai gambaran capaian peserta didik secara menyeluruh.

Dengan mencermati tujuan, proses atau aktivitas, dan asesmen dalam P5 dapat meeluruskan mispersepsi P5. Harapannya, P5 memberikan kesempatan kepada murid meningkatkan kompetensi dan karakternya sesuai dengan profil pelajar Pancasila.