Sunday, July 2, 2023

Inilah Contoh Asesmen Diagnostik Non Kognitif dalam Kurikulum Merdeka


Tak terasa, tahun ajaran baru 2023-2024 pun sudah di depan mata. Untuk mempersiapkan dokumen perencanaan pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Merdeka terutama pembelajaran berdiferensiasi, Bapak, Ibu guru memerlukan data ataupun keterangan kondisi awal peserta didik yang sudah diterima di sekolah. 

Seperti kita ketahui, bahwa proses pembelajaran berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka diawali dengan tahapan asesmen diagnostik. Asesmen diagnostik merupakan tahapan yang paling mendasar dilakukan dalam sebuah proses pembelajaran yang berdiferensiasi. Sayangnya tahapan asesmen diagnostik seringkali absen dalam praktik pembelajaran di kelas selama ini. Asesmen terlalu menitikberatkan pada asesmen terhadap capaian hasil belajar. Pembelajaran di kelas dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi awal peserta didik, sehingga penerapannya sering kali menggunakan pendekatan one-size-fits-all atau satu untuk semua.


Asesmen diagnostik merupakan penilaian/asesmen kurikulum merdeka yang dilakukan secara spesifik dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, kelemahan model belajar peserta didik,sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik yang beragam. 

Asesmen diagnostik sebagai asesmen di awal proses belajar digunakan untuk membantu guru mengukur penguasaan dan kebutuhan peserta didik terkait capaian kurikulum. Hasil asesmen diagnostik memberikan informasi yang dapat digunakan guru dan peserta didik menentukan tujuan dan tahap belajar.

Untuk mengenali profil peserta didik secara menyeluruh, asesmen yang dilakukan perlu meliputi aspek kognitif dan non-kognitif. Informasi mendasar yang diperoleh dari asesmen diagnosis kognitif antara lain adalah, tahapan penguasaan kompetensi literasi dan numerasi yang merupakan kompetensi minimal peserta didik untuk mampu belajar, tingkat pengetahuan awal pada sebuah mata pelajaran, serta cara belajar.


Sementara itu, dari asesmen diagnostik non-kognitif dapat diperoleh informasi lain mengenai profil peserta didik, minat dan bakat, serta kesiapan belajar secara psikologis. Asesmen diagnostik sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang memungkinkan penguasaan dan kebutuhan peserta didik menjadi terlihat. Misalnya: tes tertulis, survey, wawancara, observasi, games, forum diskusi, tes psikologi dan minat bakat, dan sebagainya.

Hasil asesmen diagnostik ini memberikan manfaat bagi peserta didik, guru, bahkan orangtua. Manfaat asesmen diagnostik menurut Jesica Rowe (2012) antara lain:
  • menyediakan umpan balik yang deskriptif dan akurat bagi peserta didik, dari sini guru bisa menentukan pada area mana yang butuh perbaikan dan pada area mana yang butuh tantangan lebih lanjut;
  • menyediakan informasi dasar bagi guru untuk menentukan penyesuaian level tantangan pada aktivitas pembelajaran, dan konsep mana yang perlu diajarkan ulang, atau konsep mana yang perlu diajarkan langsung; dan
  • menyediakan informasi bagi orangtua untuk memberikan dukungan belajar yang tepat selama di rumah. 
Dear Bapak, Ibu guru hebat, pada kesempatan ini guruberto.com akan membagikan contoh asesmen diagnostik non-kognitif untuk mengidentifikasi gaya belajar, psikologi sosial emosional dan minat dan bakat peserta didik.


Dengan terlaksananya asesmen diagnostik di sekolah telah memberikan banyak manfaat terutama kepada guru diantaranya para guru dapat menyesuaikan dan merancang metode, model, dan media pembelajaran yang cocok dengan kemampuan peserta didik guna menujang kelancaran proses pembelajaran. 


EmoticonEmoticon