Friday, January 5, 2024

5 Langkah Menuju Sekolah Adiwiyata


Bapak Pendidikan, Ki Hadjar Dewantara pernah berkata bahwa sejatinya sekolah itu layaknya taman. Taman yang menyenangkan untuk belajar dan taman bermain. Hal ini sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang juga mendorong transformasi satuan pendidikan diantaranya menjadi tanggung jawab seluruh insan pendidikan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan, dan inklusif. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mewujudkan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan dan inklusif adalah menghadirkan program Adiwiyata

Mengutip Buku Sekolah Adiwiyata (Panduan Implementasi Adiwiyata Mandiri di Sekolah) dijelaskan bahwa secara etimologi, Adiwiyata berasal dari kata dalam bahasa Sansekerta, yakni "Adi" artinya besar, ideal, agung, dan sempurna. Sedangkan "Wiyata" artinya tempat yang bagus dan ideal untuk memperoleh segala ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam kehidupan sosial. Secara keseluruhan Adiwiyata bermakna sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yag dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.

Adapun tujuan program Adiwiyata adalah untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka ditetapkan 4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan yang utuh dalam mencapai sekolah Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah:
  1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan
  2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
  3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
  4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Komponen 1 dan 2 merupakan kewenangan dan kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sedangkan kompponen 3 dan 4 merupakan kewenangan dan kebijakan dari Kementerian Lingkungan Hidup.

Program Adiwiyata bukanlah program khusus yang harus dilaksanakan oleh pihak sekolah. Mengutip Buku Panduan Adiwiyata, ada 5 (lima) langkah  menuju sekolah Adiwiyata, yaitu membentuk tim Adiwiyata sekolah, menyusun kajian lingkungan sekolah, menyusun rencana aksi lingkungan sekolah, melaksanakan kegiatan aksi lingkungan, dan terakhir adalah evaluasi  dan monitoring.

1. Membentuk Tim Adiwiyata Sekolah
Tim Adiwiyata sekolah harus mengandung unsur kepala sekolah, komite sekolah, guru, tenaga kependidikan (tata usaha), siswa, orang tua siswa, pemerintah setempat (kelurahan, kecamatan), perguruan tinggi, masyarakat sekitar termasuk juga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tim Adiwiyata sekolah sebaiknya terdiri dari tim inti dan tim teknis. Sebagai contoh, susunan tim Adiwiyata dapat mengacu pada ketentuan berikut.
Tim Inti:
  • Koordinator
  • Sekretaris
  • Bendahara
Tim Teknis
  • Kelompok Kerja Bidang Kebijakan
  • Kelompok Kerja Bidang Kurikulum
  • Kelompok Kerja Bidang Kegiatan Partisipatif
  • Kelompok Kerja Bidang Sarana Prasarana
Peranan dari tim Adiwiyata sekolah adalah untuk mengkoordinasikan tentang pelaksanaan program Adiwiyata, pengelolaan lingkungan di sekolah, pelibatan semua unsur warga sekolah, dan keterlibatan aktif dari seluruh siswa.

2. Menyusun Kajian Lingkungan Sekolah
Fungsi utama dari penyusunan kajian lingkungan adalah untuk mengetahui gambaran dan kondisi lingkungan sekolah (lingkungan dimana sekolah tersebut berdiri) saat ini yang perlu segera dilakukan langkah perbaikan. Selain itu, kajian lingkungan akan memberikan gambaran informasi tentang rencana akasi lingkungan yang akan dilakukan. Dengan menyusun kajian lingkungan, maka sekolah dapat menentukan arah yang jelas terhadap pelaksanaan program Adiwiyata, sehingga setiap sekolah tidaklah mungkin menghasilkan kajian lingkungan yang sama, dan tentunya tidak mungkin pula melaksanakan rencana aksi yang sama.

Penyusunan kajian lingkungan dapat dilakukan dengan cara:
  • Tim harus memastikan bahwa seluruh anggota bekerja sama sebaik mungkin untuk melaksanakan kajian, sebanyak mungkin siswa berpartisipasi dalam proses ini,
  • Kajian lingkungan oleh tim sekolah dapat dilakukan melalui sebuah instrumen checklist mencakup berbagai isu lingkungan yang terjadi di sekolah, misalnya:
  1. Sampah
  2. Air
  3. Energi
  4. Makanan dan kantin sekolah
  5. Keanekaragaman hayati
  6. (masalah lingkungan yang menjadi isu lingkungan di sekolah)
Dari isu lingkungan yang ada, sekolah dapat memfokuskan pada satu atau beberapa masalah yang akan ditetapkan menjadi fokus dalam melakukan rencana aksi lingkungan.
  • Kajian lingkungan dilakukan pada kurun waktu tertentu, misalanya dilakukan tahunan atau dua tahun sekali sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk mengukur dan mengevaluasi kemajuan kinerja tim sekolah.
3. Penyusunan Rencana Aksi Lingkungan
Rencana aksi harus dikembangkan berdasarkan hasil kajian lingkungan yang telah dilakukan. Dalam penyusunan rencana aksi lingkungan perlu diperhatikan bahwa sasaran yang ditetapkan realistis sesuai dengan potensi dan sumber daya yang dimiliki dan dapat dicapai. 

Cara yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam menyusun rencana aksi lingkungan adalah:
  • Penyusunan rencana aksi berangkat dari hasil kajian lingkungan yang telah dilakukan.
  • Pilihlah topik yang sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah dengan mempertimbangkan kemampuan dan tenggang waktu yang dimiliki (misalnya, sekolah ingin mengatasi permasalaha sampah sebagai kegiatan utama, maka semua sumber daya yang dimiliki sekolah diarahkan untuk mengatasi permasalahan tersebut).
  • Jika ada bagian yang tidak mampu diselesaikan oleh sekolah, maka perlu dicari cara bagaimana sekolah bekerja sama dengan pihak lain agar dapat mengatasinya (misalnya bekerja sama dengan dinas kebersihan untuk mengangkut sampah ke TPA).
  • Tetapkan siapa yang akan menjadi penanggung jawab setiap kegiatan (sedapat mungkin kegiatan harus melibatkan siswa).
  • Lakukan perencanaan terhadap alokasi dana yang dibelanjakan untuk setiap aktivitas yang dilakukan.

Rencana aksi lingkungan harus dideskripsikan ke dalam 4 komponen program Adiwiyata, yaitu komponen kebijakan, kurikulum, kegiatan partisipatif, dan sarana prasarana. Rencana aksi lingkungan inilah yang disebut sebagai program Adiwiyata.

4. Pelaksanaan Aksi Lingkungan
Setelah rencana aksi lingkungan tersusun dan didokumentasikan oleh sekolah, langkah selanjutnya adalah melakukan rencana aksi lingkungan. Pelaksanaan aksi lingkungan yang dilaksanakan sekolah mengacu pada 4 komponen program Adiwiyata, yaitu komponen kebijakan, kurikulum, kegiatan partisipatif, dan sarana prasarana.

Pelaksanaan aksi lingkungan harus dapat dibuktikan dengan dokumen otentik yang sah, seperti bukti perencanaan program, bukti daftar hadir dan berita acara, bukti silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, bukti akta kerjasama (Memorandum of Understanding), bukti hasil kegiatan siswa, bukti-bukti lain yang mendukung seperti foto, leaflet, dan sebagainya.

Khusus untuk sekolah Adiwiyata yang akan menuju Adiwiyata Mandiri di samping bukti otentik tersebut, harus juga dilengkapi dengan bukti otentik tentang akta kerjasama dan laporan kemajuan (progres report) dari hasil pembinaan/pengimbasan kepada 10 (sepuluh) sekolah lain yang menjadi kewenangannya.

5. Evaluasi dan Monitoring
Pada prinsipnya, evaluasi dan monitoring dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah tim Adiwiyata sekolah berhasil mencapai target yang tercantum dalam Rencana Aksi Lingkungan atau tidak, maka harus dilakukan pemantauan untuk mengukur kemajuan yang diharapkan. Proses evaluasi dan monitoring yang dilakukan terus menerus akan membantu untuk memastikan bahwa kegiatan ini tetap berkelanjutan. Pelaksanan evaluasi dan monitoring dapat dilakukan sendiri oleh pihak sekolah yang terbagi ke dalam evaluasi dan monitoring ketercapaian rencana aksi lingkungan dan evaluasi dan monitoring untuk mendapatkan penghargaan Adiwiyata.

Evaluasi dan monitoring untuk ketercapaian rencana aksi lingkungan yang dapat dilaksanakan oleh sekolah dengan menggunakan kuesioner dan survei untuk mengumpulkan data kemajuan kegiatan dengan melibatkan siswa dalam bentuk antara lain:
  • Melakukan pembacaan meter dan perhitungan tagihan energi untuk melihat perubahan kegiatan penghematan energi.
  • Menimbang sampah yang terkumpul untuk didaur ulang. Penimbangan ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh kegiatan pengelolaan sampah.
  • Mendokumentasikan setiap tahap kegiatan (sebelum, selama, dan setelah) dalam bentuk foto-foto untuk membandingkan perubahan yang terjadi di sekolah.
  • Membuat daftar spesies (jika memungkinkan) sebelum dan setelah kegiatan untuk melihat pengaruh untuk menujukkan dampak kegiatan terhadap keanekaragaman hayati di sekitar sekolah.

Bukti-bukti fisik dalam kegiatan ini akan sangat membantu dalam evaluasi dan monitoring untuk mendapatkan penghargaan Adiwiyata. 

Wednesday, November 1, 2023

Materi Pokok Soal Seleksi Kompetensi Teknis Untuk Jabatan Guru Tahun 2023


Dalam surat Nomor : 8/2881/M.SM.01.00/2023 tanggal 30 Oktober 2023, Kementerian PANRB telah menginformasikan materi pokok soal seleksi kompetensi teknis dengan computer asissted test (CAT) untuk seleksi pengadaan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) tahun anggaran 2023.   

Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang profesional, kompeten, dan melayani dengan baik, setiap PPPK diwajibkan memiliki kompetensi berupa komptensi manjerial, kompetensi sosial kultural, dan kompetensi teknis yang sesuai dengan standar kompetensi jabatan masing-masing.

Materi Pokok Soal Seleksi Kompetensi Teknis CAT
Sebagaimana diamantakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang manajemen PPPK, tahapan seleksi PPPK, setelah selesai seleksi administrasi dilanjutkan dengan seleksi kompetensi, yang terdiri dari seleksi kompetensi manajerial, seleksi kompetensi sosial, seleksi kompetensi teknis, dan wawancara berbasis komputer.

Untuk memastikan bahwa setiap peserta seleksi PPPK tahun 2023 ini dapat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk dalam seleksi kompetensi teknis,  Kementerian PANRB menyampaikan informasi terkait materi pokok soal seleksi kompetensi teknis.

Materi ini dapat membantu peserta mengetahui poin-poin penting dari soal seleksi kompetensi teknis yang akan diujikan berbasis komputer sesuai dengan kompetensi jabatan yang mereka lamar.

PANSELNAS, Panitia Seleksi Nasional telah menyusun materi pokok soal seleksi kompetensi teknis dengan menggunakan computer assisted tesd  (CAT) untuk jabatan fungsional berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2023 tentang Pengadaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja untuk Jabatan Fungsional. 

Dear calon guru PPPK, pada kesempatan ini guruberto.com akan akan membagikan materi pokok soal seleksi kompetensi teknis untuk jabatan guru ahli pertama, yaitu:
  1. Konsep suatu disiplin ilmu yang relevan
  2. Materi suatu disiplin ilmu yang relevan
  3. Hirarki konsep dan materi suatu disiplin ilmu
  4. Prasyarat dari suatu disiplin ilmu yang relevan
  5. Keterkaitan suatu konsep dengan konsep yang lain
  6. Konsep-konsep yang berkaitan dengan suatu disiplin
  7. Teori belajar Ausubel
  8. Teori Belajar Gagne
  9. Teori Belajar Piaget
  10. Karekateristik murid berkebutuhan khusus
  11. Tahapan perkembangan berdasarkan usia dan karakteristik khas masing-masing tahap
  12. Teori belajar Gagne: Taksonomi Bloom dan perkembangannya
  13. Profil Pelajar Indonesia
  14. Teori Belajar Gagne
  15. Learning Objective
  16. Individualied Education Program (IEP) dan prinsip-prinsip differentiated learning
  17. Teori dasar komunikasi
  18. Active listening
  19. Kesepakatan dan kebiasaan positif di lingkungan belajar
  20. Konsep dan prinsip-prinsip motvasi dalam pendidikan
  21. Mengembangkan motivasi siswa
  22. Behavior modification & habit formation
  23. Prinsip-prinsip rewardi, punishment, dan reinforcement dalam pembentukan tingkah laku
  24. Desain pembelajaran
  25. Facilitating learning
  26. Berpikir kritis
  27. Berbagai teknis asesmen di tingkat kelas (classroom-based assesment) seusai dengan tujuan pembelajaran
  28. Konsep dan prinsip assesment as learning dan asessment for learning
  29. Pemanfaatan hasil asesmen untuk perbaikan pembelajaaran (feedback)
  30. Program remedial dan program pengayaan berdasarkan hasil asesmen
  31. Refleksi
  32. Procedural & declarative knowledge
  33. Working memory & long-term memory
  34. Kode etik guru
  35. Interaksi guru-murid 
  36. School safety
  37. Diversity
  38. Pengertian dan pengembangan potensi
  39. Perencanaan karir dan pengembangan potensi diri

Panitia Seleksi Nasional mengingatkan semua peserta seleksi untuk memanfaatkan materi pokok soal ini dengan baik untuk meningkatkan peluang lulus seleksi PPPK tahun 2023 ini. Penguasaan materi seleksi kompetensi teknis ini akan membantu para peserta untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam tahapan seleksi ini. 

Thursday, October 26, 2023

Orang Muda dan Perubahan Iklim


Perubahan iklim telah mengancam kehidupan manusia. Kekhawatiran tentang dampak perubahan iklim saat ini dan di masa depan semakin meningkat. Perubahan iklim merupakan perubahan yang signifikan terhadap iklim dalam rentang waktu puluhan sampai ratusan tahun. Perubahan iklim dapat berdampak secara langsung atau tidak langsung seperti terjadinya cuaca ekstrim, suhu bumi meningkat, timbulnya penyakit dan kesehatan mental.

Adanya perubahan ini tidak hanya mengakibatkan kerusakan pada kondisi fisik namun juga kondisi psikologis manusia. Tidak heran, jika dampak perubahan iklim ini menyebabkan munculnya kecemasan pada generasi muda terkait kondisi masa depan planet bumi yang semakin buruk atau tidak layak, hingga muncul konsep baru, seperti climate anxiety atau eco-anxiety. Apa itu? Climate anxiety merupakan suatu kekhawatiran tentang dampak  perubahan ikim, dan telah secara konsisten dibuktikan oleh berbagai penelitian.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hickman dkk., (2021) mengungkapkan bahwa generasi muda lebih rentan terhadap kecemasan iklim. Penelitian yang melibatkan 10 ribu responden dari 10 negara menunjukkan bahwa 59 persen orang muda usia 16 - 25 tahun merasa sangat khawatir dan 85 persen merasa khawatir. Selain itu, sebanyak 45 persen anak muda mengatakan bahwa perubahan iklim berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka dan 75 persen anak muda merasa sangat cemas mengenai masa depan. 

Di Indonesia, baru-baru ini ada penelitian terbatas yang dilakukan Siti Jaroah (2023) terhadap 107 responden menunjukkan bahwa orang muda (usia 15 - 29 tahun) menyatakan perasaan khawatir, takut, sedih, marah, panik, dan bingung terkait dengan isu perubahan iklim. Orang muda yang dilibatkan dalam penelitian itu mengaku tidak mengalami dampak psikologis yang lebih serius selain dari emosi negatif yang mereka rasakan. 

Penelitian itu juga mengungkapkan bahwa sebagian besar pengetahuan mereka tentang perubahan iklim terbatas hanya terkait dengan perubahan cuaca. Karena, itu banyak responden yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang perubahan iklim dari media sosial sebagai sumber informasi utama untuk menjawab rasa ingin tahu mereka.

Edukasi sampah elektronik (e-waste) dan e-waste collection yang diinisasi oleh penulis

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa mereka tidak memperoleh informasi yang akurat dan memadai terkait isu perubahan iklim melalui pendidikan formal di sekolah. Kondisi ini mencerminkan kurangnya upaya pihak sekolah dan pembuat kebijakan untuk mengintegrasikan isu perubahan iklim ke dalam proses pembelajaran.

Setelah mengetahui tingginya tingkat kecemasan iklim di kalangan generasi muda, jelas ada konsekuensi sosial yang signifikan dari perubahan iklim, diantaranya adalah kehilangan motivasi dan inisiatif untuk bertindak bahkan dalam hal sederhana untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Hal ini lebih terasa jika kaum muda merasa respon pemerintah terhadap isu ini belum memadai. 

Sebagaimana hasil penelitian dari Hickman (2021) yang menujukkan bahwa lebih dari separuh responden yang menjadi subjek penelitian mereka merasa kecewa dengan pemerintah mereka. Dalam hal ini, Albrecht (2011) mengemukakan keputusasaan dapat memunculkan sikap apatis, sinis, dan acuh tak acuh, yang dikenal sebagai kebuntuan untuk bertindak (eco-paralysis).

Nah, jika kondisi ini terjadi, maka dunia akan kehilangan generasi yang sangat dibutuhkan untuk melanjutkan upaya mengatasi perubahan iklim. Generasi ini diharapkan menjadi aktor dan berperan aktif dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Pasalnya, dampak tersebut akan berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama, bahkan mencapai puluhan tahun, masa ketika bumi tengah dipegang oleh kaum-kaum muda tersebut.

Mulai dari harapan
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh komunitas guru di sekolah untuk membantu anak-anak dan orang muda mengelola kecemasan lingkungan serta - jika memungkinkan - menghindari kebutuan untuk bertindak (eco-paralysis). Dalam konteks ini, penting untuk melai mengubah narasi perubahan ilkim bukan hanya sebagai bencana dan masa depan bumi suram, tetapi juga mempertimbangkan adanya harapan yang berpijak pada fakta  atau realitas.

Marlon dkk., (2019) mengusulkan narasi yang mengandung harapan yang konstruktif seperti penyampaian keberhasilan dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah, industri, dan masyarakat umum. Namun, tetap mengakui besarnya kesenjangan yang masih ada antara upaya yang dilakukan dan kerusakan yang terjadi, untuk memastikan keberlanjutan.

Kaum muda dan anak-anak sebenarnya mempunyai rasa ingin tahu dan minat yang tinggi. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan, guru dapat memulai dengan melibatkan siswa dalam mengamati dengan sederhana tentang dampak perubahan iklim di sekitar mereka, dan mendorong mereka untuk memikirkan solusi serta melakukan aksi nyata untuk mengurangi dampaknya.

Proyek lintas mata pelajaran bertema gaya hidup berkelanjutan yang dipandu oleh penulis

Berkaitan dengan itu, isu-isu perubahan iklim terkini penting segera diintegrasikan dalam mata pelajaran yang sesuai. Mengacu pada penelitian yang telah disebutkan, ketergantungan kaum muda dan anak-anak pada media sosial untuk memperoleh informasi yang akurat dan relevan dengan kebutuhan mereak terkait perubahan iklim perlu diatur lebih lanjut.

Agama dan lingkungan
Hampir seluruh penduduk dunia menganut agama tertentu. Karena itu, agama dinilai sangat berpengaruh dalam memberi dukungan bagi individu dalam mengatasi emosi dan dan perubahan iklim. Akar dari dampak perubahan iklim yang kita rasakan saat ini sebagiannya disebabkan oleh pandangan religius mengenai manusia yang dianggap memiliki hak untuk menguasai bumi untuk kepentingan dirinya, maka pemecahan masalah ini juga harus melibatkan agama. 

Sebagai wujud keterlibatan itu, agama-agama telah aktif menyatakan komitmen mereka mengenai perubahan iklim. Pada 2018, PBB melibatkan komunitas keagamaan dan organisasi yang terkait untuk berpartisipasi secara aktif melalui inisiatif faith for earth. Dalam kolaborasi umat beragama ini dibentuk Dewan Pemuda sebagai salah satu platform bagi gerakan pemuda yang terkait dengan agama atau berada dalam berbagai organisasi keagamaan untuk #BersamaBergerakBerdaya terhadap isu perubahan iklim. 

Selanjutnya, pada 2019, Indonesia mengusulkan kolaborasi antar umat beragama untuk pelestarian hutan (faith for forest). Inisiatif kolaborasi antar umat beragama untuk perlindungan hutan hujan di Indonesia  merupakan realisasi dari pertemuan Religions for Peace International di Oslo, Norwegia, pada Juni 2018. 

Upaya perlindungan hutan menjadi upaya esensiil karena terkait dengan mitigasi perubahan iklim global, mencegah polusi udara dan pengendali pemanasan global, sebagai paru-paru dunia untuk membersihkan dari pencemaran udara, penghasil karbon sink untuk mereduksi gas emisi dimana berbagai jenis tumbuhan mulai dari semak belukar sampai pohon memiliki kemampuan untuk menyerap gas karbondioksia kemudian diubah menjadi gas oksigen yang membuat bumi lebih sejuk. 

Indonesia merupakan Negara yang memiliki berbagai keragaman, seperti halnya keberagaman agama dan tradisi Nusantara. Oleh karena itu, kaum muda di Indonesia memiliki sumber belajar yang sangat kaya dan unik. Misalnya, guru-guru agama, dapat mendorong siswa untuk mengambil perannya dalam menjaga lingkungan di sekitar mereka dan menyadarkan bahwa setiap tindakan ramah lingkungan sederhana #UntukmuBumiku, seperti memilah sampah dan menanam pohon, merupakan  bagian daripada keimanan.

Guru-guru juga dapat bekerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah untuk melakukan upaya mitigasi bersama berbasis kearifan lokal. Sebagai contohnya, mereka mempelajari tradisi "hoyak tabuik" (prosesi mengguncang patung Tabot) di Pariaman, yaitu adanya penanaman tanaman cemara dan mangrove di pesisir pantai, serta keyakinan akan terlindungi oleh pulau-pulau kecil di sekitar laut Kota Pariaman.

Hoyak Tabuik di Kota Pariaman by langgam.id

Jika guru-guru di sekolah mampu melakukan hal ini, diharapkan proses pendidikan di sekolah akan mulai menumbuhkan harapan-harapan yang realistis dan konstruktif. Dengan demikian, akan terbentuk #MudaMudiBumi yang memiliki keyakinan bahwa perubahan iklim dapat diatasi secara bersama-sama, berlandaskan pemahaman dan pengetahuan yang mendalam tentang perubahan iklim. Namun, yang tak kalah penting, diharapkan pemerintah memiliki kebijakan pro terhadap keberlanjutan lingkungan dan orang muda. 

Yuk share mimpi kamu terhadap penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan!

Thursday, August 24, 2023

KKO Kurikulum Merdeka dan Taksonomi Bloom


Kata Kerja Operasional yang disingkat menjadi KKO merupakan kata-kata yang sudah tidak asing lagi bagi para guru. Pasalnya, pemilihan Kata Kerja Operasional dengan menggunakan Taksonomi Bloom merupakan salah satu kunci penting dalam menyusun tujuan pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran yang disusun menjadi operasional dan dapat terukur.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Taksonomi Bloom berguna dalam proses perumusan tujuan pembelajaran. Namun demikian, Taksonomi Bloom ini telah direvisi seiring dengan perkembangan hasil-hasil penelitian. Anderson dan Krathwohl (2001) mengembangkan taksonomi berdasarkan Taksonomi Bloom, dan dinilai lebih relevan untuk konteks belajar sekarang ini. Anderson dan Krathwohl mengelompokkan kemampuan kognitif menjadi tahapan-tahapan berikut ini, dengan urutan dari kemampuan yang paling dasar ke yang paling tinggi sebagai berikut:


Level 1 Mengingat, termasuk didalamnya mengingat kembali informasi yang telah dipelajari, termasuk defenisi fakta-fakta, daftar urutan, atau menyebutkan kembali suatu materi yang pernah diajarkan kepadanya. Kata Kerja Operasional level 1 terdiri atas:
  • Mengutip
  • Menyebutkan
  • Menjelaskan
  • Menggambar
  • Membilang
  • Mengidentifikasi
  • Mendaftar
  • Menunjukkan
  • Memberi label
  • Memberi indeks
  • Memasangkan
  • Membaca
  • Menamai
  • Menandai
  • Menghafal
  • Meniru
  • Mencatat 
  • Mengulang
  • Mereproduksi
  • Meninjau
  • Memilih
  • Mentabulasi
  • Memberi kode
  • Menulis
  • Menyatakan
  • Menelusuri
Level 2 Memahami, termasuk di dalamnya menjelaskan ide atau konsep seperti menjelaskan suatu konsep menggunakan kalimat sendiri, menginterpretasikan suatu informasi, menyimpulkan, atau membuat parafrasa dari suatu bacaan. Kata Kerja Operasional level 2 terdiri atas:
  • Memperkirakan
  • Menjelaskan
  • Menceritakan
  • Mengkategorikan
  • Mencirikan
  • Merinci
  • Mengasosiasikan
  • Membandingkan
  • Menghitung
  • Mengkontraskan
  • Menjalin
  • Mendiskusikan
  • Mencontohkan
  • Mengemukakan
  • Mempolakan
  • Memperluas
  • Menyimpukan
  • Meramalkan
  • Merangkum
  • Menjabarkan
  • Menggali
  • Mengubah
  • Mempertahankan
  • Mengartikan
  • Menerangkan
  • Menafsirkan
  • Memprediksi
  • Melaporkan
  • Membedakan
Level 3 Mengaplikasikan, termasuk di dalamnya menggunakan konsep, pengetahuan, atau informasi yang telah dipelajarinya pada situasi berbeda dan relevan. Kata Kerja Operasional level 3 terdiri atas:
  • Menugaskan
  • Mengurutkan
  • Menentukan
  • Menerapkan
  • Mengkalkukasi
  • Memodifikasi
  • Menghitung
  • Membangun
  • Mencegah
  • Menentukan
  • Menggambar
  • Menggunakan
  • Menilai
  • Melatih
  • Menggali
  • Mengemukakan
  • Mengadaptasi
  • Menyelidiki
  • Mempersoakan
  • Mengkonsepkan
  • Melaksanakan
  • Memproduksi
  • Memproses
  • Mengaitkan
  • Menyusun
  • Memecahkan
  • Melakukan
  • Mensimulasikan
  • Mentabulasi
  • Memproses
  • Membiasakan
  • Mengklasifikasi
  • Menyesuaikan
  • Mengoperasikan 
  • Meramalkan
Level 4 Menganalisis, termasuk dalam kemampuan ini adalah memecah-mecah informasi menjadi beberapa bagian, kemampuan untuk mengeksplorasi hubungan/korelasi atau membandingkan antara dua hal atau lebih, menentukan keterkaitan antarkonsep, atau mengorganisasi beberapa ide dan/atau konsep. Kata Kerja Operasional level 4 terdiri atas:
  • Mengaudit
  • Mengatur
  • Menganimasi
  • Mengumpulkan
  • Memecahkan
  • Menegaskan
  • Menganalisis
  • Menyeleksi
  • Merinci
  • Menominasikan
  • Mendiagramkan
  • Mengkorelasikan
  • Menguji
  • Mencerahkan
  • Membagankan
  • Menyimpulkan
  • Menjelajah
  • Memasksimalkan
  • Memerintahkan
  • Mengaitkan
  • Mentransfer
  • Melatih
  • Mengedit
  • Menemukan
  • Menyeleksi
  • Mengoreksi
  • Mendeteksi
  • Menelaah
  • Mengukur
  • Membangunkan
  • Merasionalkan
  • Mendiagnosis
  • Memfokuskan
  • Memadukan
Level 5 Mengevaluasi, termasuk kemampuan untuk membuat keputusan, penilaian, mengajukan kritik dan rekomendasi yang sistematis. Kata Kerja Operasional level 5 terdiri atas:
  • Membadingkan
  • Menyimpulkan
  • Menilai
  • Mengarahkan
  • Memprediksi
  • Memperjelas
  • Menugaskan
  • Menafsirkan
  • Mempertahankan
  • Memerinci
  • Mengukur
  • Merangkum
  • Membuktikan
  • Memvalidasi
  • Mengetes
  • Mendukung
  • Memilih
  • Memproyeksikan
  • Mengkritik
  • Mengarahkan
  • Memutuskan
  • Memisahkan
  • Menimbang
Level 6 Menciptakan, yaitu merangkaikan berbagai elemen menjadi satu hal baru yang utuh, melalui proses pencarian ide, evaluasi terhadap hal/ide/benda yang ada sehingga kreasi yang diciptakan menjadi salah satu solusi terhadap masalah yang ada. Termasuk di dalamnya adalah kemampuan memberikan nilai tambah terhadap suatu produk yang sudah ada. Kata Kerja Operasional level 6 terdiri atas:
  • Megumpulkan
  • Mengabstraksi
  • Mengatur
  • Menganimasi
  • Mengkategorikan 
  • Membangun
  • Mengkreasikan
  • Mengoreksi
  • Merencanakan
  • Memadukan
  • Mendikte
  • Membentuk
  • Meningkatkan
  • Menanggulangi
  • Mengeneralisasi
  • Mengabungkan
  • Merancang
  • Membatas
  • Mereparasi
  • Membuat
  • Menyiapkan
  • Memproduksi
  • Memperjelas
  • Merangkum
  • Merekonstruksi
  • Mengarang
  • Menyusun
  • Mengkode
  • Mengkombinasikan
  • Memfasilitasi
  • Mengkonstruksi
  • Merumuskan
  • Menghubungkan
  • Menciptakan
  • Menampilkan
Baca juga: Cara Mudah Menentukan KKTP dalam Kurikulum Merdeka

Monday, July 17, 2023

Download Contoh Format Asesmen Diagnostik Jenjang SD, SMP, SMA dan SMK


Mengawali tahun ajaran 2023/2024, ada dua tahapan penting yang harus dilakukan Bapak dan Ibu Guru dalam menjalankan Implementasi Kurikulum Merdeka yakni: pertama, asesmen di awal pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, hal apa yang harus ditingkatkan, sehingga kegiatan pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik. Hasil asesmen ini akan digunakan sekolah dan guru sebagai rujukan dalam merencanakan pembelajaran sesuai tahap capaian dan karakteristik peserta terlebih di tengah memasuki kegiatan di tahun ajaran barau. 

Kedua, praktik pembelajaran berdiferensiasi untuk memastikan pembelajaran yang seusai dengan kebutuhan peserta didik. 

Asesmen di awal pembelajaran
Asesmen di awal pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi  ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Asesmen ini termasuk dalam kategori asesmen formatif karena ditujukan untuk kebutuhan guru dalam merancang pembelajaran, tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar peserta didik yang dilaporkan dalam rapor.


Salah satu asesmen berdasarkan waktu asesmen yang dilakukan di awal pembelajaran adalah asesmen diagnostik. Tujuan asesmen diagnostik adalah mendiagnosis kemampuan dasar peserta didik dan mengetahui kondisi awal peserta didik. Ada dua asesmen diagnostik, yaitu:
  • kognitif
  • non-kognitif
Asesmen diagnosis non-kognitif
Asesmen diagnosis non-kognitif adalah mencakup diagnosis dengan latar belakang peserta didik, seperti aktivitas belajar peserta didik selama belajar di rumah, kondisi keluarga, gaya belajar, minat hingga kesejahteraan psikologis dan emosional peserta didik. 

Apa saja yang dilakukan pendidik dalam kegiatan asesmen diagnosis non kognitif? 
Persiapan 
1. Siapkan alat bantu berupa gambar ekspresi emosi
2. Buat daftar pertanyaan kunci, seperti: 
  • Apa saja kegiatan yang kamu lakukan selama Belajar dari Rumah?
  • Hal apa yang paling menyenangkan dan tidak menyenangkan?
  • Apa harapan kamu
Pelaksanaan
1. Berikan gambar emosi ke peserta didik
2. Minta peserta didik mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah, dengan bercerita, membuat tulisan atau menggambar.

Tindak Lanjut
1. Identifikasi peserta didik dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi empat mata.
2. Menentukan tindak lanjut dan mengkomunikasikan dengan peserta didik serta orang tua bila diperlukan.
3. Ulangi pelaksanaan asesmen non-kognitif pada awal pembelajaran.


Asesmen Kognitif
Tujuan asesmen kognitif untuk mengetahui capaian kompetensi peserta didik, menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rata-rata peserta didik, dan memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan kepada peserta didik yang kompetensinya di bawah rata-rata.

Persiapan
1. Buat jadwal pelaksanaan asesmen
2. Identifikasi materi asesmen berdasarkan penyederhanaan kompetensi dasar yang disediakan oleh pemeritah.
3. Susun pertanyaan sederhana yang meliputi:
  • 2 pertanyaan sesuai kelasnya, dengan topik capaian pembelajaran baru
  • 6 pertanyaan dengan topik satu kelas di bawah
  • 2 pertanyaan dengan topik dua kelas di bawah
Berikut ini guruberto.com bagikan contoh format rancangan asesmen diagnostik yang terdiri dari asesmen diagnostik kognitif dan asesmen kognitif


Pelaksanaan
Berikan asesmen untuk semua peserta didik di kelas, baik yang belajar tatap muka di sekolah maupun yang belajar di rumah. 

Tindak Lanjut
1. Lakukan pengolahan hasil asesmen
  • Buat penilaian dengan kategori "Paham utuh", "Paham sebagian", dan "Tidak paham"
  • Hitung rata-rata kelas
2. Bagi peserta didik menjadi tiga kelompok:
  • Peserta didik dengan nilai rata-rata kelas akan mengikuti pembelajaran dengan alur tujuan pembelajaran sesuai fasenya.
  • Peserta didik dengan nilai di bawah rata-rata mengikuti pembelajaran dengan diberikan pendampingan pada kompetensi yang belum terpenuhi.
  • Peserta didik dengan nilai di atas rata-rata mengikuti pembelajaran dengan pengayaan.
3. Lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran baru, untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan rata-rata kemampuan siswa.
4. Ulangi proses diagnosis ini dengan melakukan asesmen formatif (dengan bentuk dan strategi yang variatif), sampai peserta didik mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan.

Thursday, July 13, 2023

Kunci Jawaban IPA Kurikulum Merdeka Kelas 7 Halaman 10: Laboratorium IPA


Orang yang khusus melakukan melakukan penelitian bagi pengembangan ilmu Sains disebut ilmuwan Sains. Ilmuwan Sains biasanya melakukan percobaan penelitian di laboratorium. Laboratorium biasanya digunakan untuk melakukan percobaan atau eksperimen.

Di dalam laboratorium terdapat alat-alat yang diguanakan oleh para ilmuwan untuk melakukan eksperimen dan membuat pengamatan dengan tepat dan akurat. 

Mari Uji Kemampuan Kalian
1. Apa saja alat-alat laboratorium yang digunakan untuk melakukan hal-hal di bawah ini?
  • Mengukur volume air sebanyak 25 ml.
  • Memanaskan air.
  • Mengukur suhu air setelah dipanaskan.
  • Mencampur bahan kimia dalam jumalh yang sedikit.
  • Mengambil garam untuk ditimbang sebelum digunakan.
  • Mengaduk garam agar dapat larut dalam air.
2. Bandingkanlah alat-alat laboratorium berikut ini dengan menyebutkan persamaan dan perbedaannya.
  • Batang pengaduk dan spatula.
  • Gelas kimia dan labu Erlenmeyer. 
  • Kawat kasa dan segitiga porselen. 
  • Tabung reaksi dan cawan penguap. 
3. Perhatikan gambar berikut ini.
Gambar 1.9. Suasana di laboratorium IPA

Apakah pendapat kalian mengenai kejadian pada gambar di atas? Tuliskan semua peraturan yang dilanggar dan juga sarankan bagaimana memperbaikinya.

4. Gambarlah diagram 2D untuk susunan alat-alat secara lengkap yang digunakan untuk memanaskan air yang suhunya akan diukur dalam setiap 3 menit.

Kunci Jawaban "Mari Uji Kemampuan Kalian"
1. Alat-alat laboratorium yang digunakan untuk:
  • Mengukur volume air sebanyak 25 ml: gelas ukur.
  • Memanaskan air: gelas kimia, kaki tiga, kawat kasa.
  • Mengukur suhu air setelah dipanaskan: termometer.
  • Mencampur bahan kimia dalam jumalh yang sedikit: tabung reaksi.
  • Mengambil garam untuk ditimbang sebelum digunakan: kaca arloji dan spatula.
  • Mengaduk garam agar dapat larut dalam air: batang pengaduk.
2. Persamaan dan perbedaan antara alat-alat laboratorium.
  • Batang pengaduk dan spatula. Persamaan: batang pengaduk dan spatula sekilas terlihat sama-sama memiliki bentuk yang lurus dan panjang seperti stik. Perbedaan: batang pengaduk terbuat dari kaca, sementara itu spatula terbuat dari logam.
  • Gelas kimia dan labu Erlenmeyer. Perbedaan: gelas kimia dan labu Erlenmeyer adalah bentuknya yang berbeda, serta ketelitiannya juga berbeda. Persamaan: keduanya menjadi wadah untuk menampung bahan kimia cair dan juga untuk membuat larutan.
  • Kawat kasa dan segitiga porselen. Perbedaannya: kawat kasa untuk menyangga gelas kimia ketika dipanaskan di atas bunsen, sementara segitiga porselen berfungsi untuk menyangga wadah bahan-bahan yang dipanaskan di atas kaki tiga. Persamaan: keduanya berfungsi sebagai penyangga.
  • Tabung reaksi dan cawan penguap. Perbedaan: Tabung reaksi digunakan dalam reaksi berbasis larutan, sementara cawan penguap digunakan dalam reaksi bahan yang tidak mudah menguap. Persamaan: keduanya berfungsi sebagai wadah yang direaksikan. 
3. Peraturan yang dilanggar berdasarkan gambar, misalnya:
  • Makan di laboratorium.
  • Mencampur bahan kimia tidak dengan instruksi guru.
  • Memecahkan alat gelas tanpa melaporkan kepada guru.
  • Bercanda di laboratorium.
  • Tidak menggunakan perlengkapan keselamatan laboratorium seperti jas laboratorium, kacamata pengaman atau sarung tangan.
  • Membuang bahan kimia ke dalam bak cuci alat tanpa menanyakan pada guru.
  • Membaui cairan kimia secara langsung. 
4. Susunan alat-alat yang digunakan untuk memanaskan air yang suhunya akan diukur setiap menit dalam bentuk diagram alat.
Gambar 1.1 Susunan alat percobaan memanaskan air. 

Tuesday, July 11, 2023

Kunci Jawaban IPA Kurikulum Merdeka Kelas 7 Halaman 6: Cabang-cabang Ilmu Sains



Kata lain untuk Ilmu Pengetahuan Alam atau biasa disingkat IPA adalah Sains. Sains adalah ilmu pengetahuan tentang alam dan dunia fisik. Cabang Sains meliputi Biologi, Fisika, Kimia, Geologi, Astronomi, dan Ekologi.

Biologi adalah ilmu tentang mahluk hidup. Ada banyak cabang-cabang dalam Biologi diantaranya zoologi adalah ilmu tentang binatang; Botani adalah ilmu tentang tumbuhan; Entomologi merupakan ilmu tentang serangga; dan Mikrobiologi adalah ilmu tentang mahluk hidup yang sangat kecil dan hanya bisa terlihat dengan bantuan mikroskop.

Fisika adalah ilmu tentang gejala dan fenomena alam dan sifat benda-benda sekitar termasuk perpindahan dan energi. Beberapa cabang ilmu Fisika, misalnya Mekanika adalah ilmu tentang gerak benda; Elektronika adalah ilmu tentang arus listrik dan magnet; dan Optika Geometris tentang alat-alat optik.

Kimia adalah ilmu tentang berbagai hal mengenai materi, yaitu terbuat dari apa, sifat, dan perubahan dalam suatu reaksi kimia. Cabang ilmu Kimia antara lain, Farmasi yaitu ilmu tentang obat-obatan; Radiokimia tentang zat-zat radioaktif; Kimia Organik tentang bahan-bahan kimia yang ada pada mahluk hidup; serta Kimia Anorganik tentang bahan kimia dalam benda-benda.

Geologi adalah ilmu mengenai Bumi dan perubahannya. Beberapa cabang ilmu Geologi antara lain Vulkanologi yaitu ilmu tentang gunung berapi; Seismologi yaitu ilmu tentang gempa bumi; serta Paleontologi yaitu ilmu tentang fosil yang dapat membantu kita mengetahui umur suatu tempat dan kebudayaan aman kuno. 

Astronomi adalah ilmu tentang planet, bintang dan alam semesta. Semua benda langit dipelajari dalam astronomi termasuk Matahari dan terjadinya gerhana, komet, dan asteorid.

Ekologi adalah ilmu tentang interaksi dan hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungan sekitarnya. Bidang ilmu ini membahas tentang berbagai masalah lingkungan, misalnya polusi udara, tanah, dan air serta dampak perubahan iklim dan kepunahan hewan tertentu.

Mari Uji Kemampuan Kalian
1. Ilmuwan berikut bekerja dalam bidang yang berbeda. Cobalah kalian identifkasi cabang ilmu yang dipelajari di bawah ini.
  • Yosua mempelajari kebiasaan makan sapi.
  • Dewi mencoba menciptakan plastik yang dapat terurai.
  • Bambang menyelidiki aliran listrik dalam televisi.
  • Bagas mempelajari pergerakan planet.
  • Debbi menyelidiki pengaruh sampah terhadap hewan-hewan di laut.
2. Beberapa ilmuwan mempelajari lebih dari satu bidang Sains. Menurut kalian, apakah bidang-bidang ilmu yang dipelajari oleh ahli berikut.
  • Biokimia
  • Geofisika
3. Bagaimanakah ilmu Sains digunakan dalam pekerjaan berikut ini.
  • Dokter
  • Polisi
  • Arsitek
  • Ahli nutrisi 
Kunci Jawaban "Mari Uji Kemampuan Kalian"
1. Cabang ilmu yang ditekuni: 
  • Kebiasaan makan sapi: Biologi (zoologi)
  • Menciptakan plastik yang dapat terurai: Kimia 
  • Menyelidiki aliran listrik dalam televisi: Fisika (Elektronika)
  • Pergerakan planet: (Astronomi)
  • Menyelidiki pengaruh sampah terhadap hewan-hewan di laut: Ekologi
2. Bidang-bidang ilmu yang dipelajari pada:
  • Biokimia: Biologi dan Kimia
  • Geofisika: Geologi dan Fisika
3. Penggunaan ilmu Sains dalam pekerjaan: (jawaban bisa bermacam-macam) 
  • Dokter: menyelidiki tubuh manusia
  • Polisi: menyelidiki Tempat Kejadian Perkara (TKP)
  • Arsitek: memilih bahan untuk bangunan yang sesuai
  • Ahli nutrisi: menentukan komposisi dalam makanan