Wednesday, January 15, 2025

Taksonomi SOLO dalam Deep Learning


Deep Learning
atau Pembelajaran Mendalam menggunakan taksonomi SOLO dan taksonomi Bloom. Taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome = struktur hasil belajar yang diamati) merupakan kerangka kerja yang dikembangkan oleh John Biggs dan Kelvin Collins (1982) untuk menilai dan memahami tingkat kualitas hasil belajar siswa.

Taksonomi ini berfokus pada kedalaman pemahaman siswa terhadap suatu konsep atau tugas, bukan sekadar kuantitas informasi yang diperoleh.

Menurut taksonomi SOLO, tingkat pengetahuan siswa dapat dilihat melalui tahapan prestructural (belum terstruktur), unistructural (satu struktur), multistructural (banyak struktur), relational (berhubungan), dan extended abstract (abstraksi meluas).

Pada tahap prestructural, siswa tidak memahami materi atau tugas dengan benar. Mereka cenderung memberikan jawaban yang tidak relevan atau menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki pengetahuan yang memadai. Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan siklus air, siswa hanya menyebut kata-kata tanpa hubungan yang jelas, seperti hujan dan air.

Tahapan unistructural, siswa hanya dapat memahami satu aspek atau ide dari konsep yang diajarkan. Mereka dapat menjawab dengan benar, tetapi pemahamannya masih sangat terbatas. Misalnya, siswa menyebutkan bahwa hujan terjadi karena penguapan air, tetapi tidak menjelaskan proses lainnya dalam siklus air.

Tahapan ketiga adalah multistructural. Pada tahap ini, siswa dapat memahami dengan beberapa aspek dari konsep yang diajarkan, tetapi belum mampu menghubungkan aspek-aspek tersebut menjadi suatu kesatuan yang bermakna. Pemahamannya bersifat terfragmentasi. Misalnya, siswa menjelaskan bahwa siklus air melibatkan penguapan, kondensasi, dan hujan, tetapi tidak menunjukkan hubungan antara proses tersebut.

Tahapan berikutnya dari taksonomi SOLO adalah relational. Pada tahap ini, siswa dapat mengintegrasikan berbagai aspek dari konsep yang diajarkan menjadi pemahaman yang utuh. Mereka mampu menjelaskan keterkaitan di antara aspek-aspek tersebut. Misalnya, siswa menjelaskan bahwa siklus air melibatkan penguapan air dari permukaan bumi, pembentukan awan melalui kondensasi dan turunnya hujan yang mengembalikan air ke bumi, serta bagaimana proses ini berulang.

Tahapan terakhir adalah extended abstract. Siswa mampu menerapkan pemahaman mereka dalam konteks yang lebih luas atau abstrak. Mereka dapat mengeksplorasi ide baru, membuat generalisasi, atau mentransfer pengetahui ke situasi lain. Dalam hal ini, siswa menggunakan pemahamannya tentang siklus air untuk menganalisis dampak perubahan iklim terhadap pola hujan global. 

Taksonomi SOLO adalah kerangka yang digunakan untuk mengukur tingat pemahaman peserta didik melalui beberapa tingkatan hierarkis. Model ini berupaya menangkap bagaimana pemahaman berkembang dari sederhana ke kompleks. SOLO tidak hanya mengevaluasi kemampuan kognitif tetapi juga memfasilitasi pengajaran yang berpusat pada peserta didik. 

Tuesday, January 14, 2025

Apa Itu Deep Learning dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam

Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam merupakan salah satu metode dalam kecerdasan buatan (Artificial Intelegence/AI) yang saat ini semakin banyak diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan. Meskipun istilah deep learning lebih sering digunakan dalam konteks teknologi, dalam dunia pendidikan istilah deep learning berkaitan dengan cara-cara yang lebih mendalam dalam memproses informasi dan meningkatkan pembelajaran siswa.

Salah seorang ahli yang memiliki pandangan penting  tentang pembelajaran mendalam adalah John Hattie, profesor pendidikan asal Selandia Baru. John Hattie dikenal karena penelitian yang dilakukannya tentang faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. 

Di dalam buku Visible Learning for Teacher: Maximizing Impact on Learning (2012), John Hattie membagi belajar menjadi tiga jenis, yaitu belajar di permukaan (surface learning), belajar mendalam (deep learning), dan belajar untuk transfer (transfer learning).

1. Belajar di permukaan (surface learning)
Belajar di permukaan berarti belajar konsep, keterampilan, dan strategi yang akan menjadi dasar bagi siswa agar mereka dapat berpikir secara lebih mendalam.

2. Belajar mendalam (deep learning)
Belajar mendalam adalah periode dimana siswa mendalami pemahaman mereka, dan mengaplikasikan apa yang mereka pelajari di permukaan untuk mendukung pemahaman konseptual yang lebih mendalam. 

3. Belajar untuk transfer (transfer learning)
Belajar untuk transfer adalah kondisi di mana siswa menggunakan pemahaman mereka yang telah didalami untuk menggunakannnya di dalam konteks atau skenario baru. Saat ini, siswa juga sudah berpikir secara metakognitif, merefleksikan pembelajaran dan pemahaman mereka. 

Penerapan Deep Learning
Penerapan deep learning dalam pembelajaran tidak hanya berfokus pada penggunaan teknologi, meskipun itu juga bagian penting dari konsep ini. Pembelajaran mendalam dalam konteks pendidikan melibatkan pendidikan yang lebih holistik untuk mendorong siswa berpikir kristis, menyelesaikan masalah kompleks dan membuat keputusan berdasarkan pemahaman yang menyeluruh. 

Berikut ini adalah beberapa cara untuk menerapkan deep learning dalam pembelajaran yang bersesuaian dengan pandangan John Hattie, yakni: Pertama, Penggunaan Umpan Balik yang Membangun. Hattie menyatakan bahwa pembelajaran mendalam terjadi ketika siswa mampu menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Untuk itu, ia menekankan pentingnya peran guru dalam memberikan umpan balik yang jelas dan membimbing siswa untuk membuat koneksi antara konsep yang berbeda. 

Kedua, Mengunakan Pembelajaran Berbasis Projek. Model pembelajaran berbasis projek (Project-Based Learning, PBL) memungkinkan siswa untuk terlibat dalam tugas-tugas menantang yang memerlukan pemecahan masalah yang mendalam. Melalui projek, siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam situasi dunia nyata dan bekerja dalam kelompok untuk mengatasi tantangan.

Ketiga, Menggunakan Pembelajaran Kolaboratif. Pembelajaran mendalam juga dapat dicapai melalui kerja sama antar siswa. Melalui pembelajaran kolabortaif, siswa bekerja bekerja sama untuk menganalisis masalah, berbagi gagasan, dan menyelesaikan tugas secara berkelompok. 

Keempat, Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis. Salah satu elemen utama dalam deep learning adalah kemampuan berpikir kritis. Guru bisa mendorong siswa untuk bertanya lebih banyak, memberikan pertanyaan terbuka, dan mencari alasan yang lebih dalam untuk konsep yang sedang dipelajari sehingga siswa tidak hanya menerima informasi tetapi juga mempertanyakan dan mengeskplorasi gagasan-gagasan tersebut untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. 

Singkatnya, deep learning dalam konteks pendidikan tidak hanya berhubungan dengan penggunaan teknologi, tetapi juga dengan bagaimana siswa mengaitkan dan memahami pengetahuan yang lebih mendalam. Harapannya, kualitas pembelajaran dapat semakin meningkat dengan menerapkan cara-cara ini. 

Tuesday, January 7, 2025

Young Christians are calling for climate justice


To work and to take care of it (Gen 2:15), to shape the world and to enhance at the same time: This Christian duty corresponds to the model of sustainable development.

As a young Christian, I want to be a part of a church that takes seriously its mandate to protect God's creation and the vulnarable. For me, one of the most important ways to fulfill this mandate is to address climate change.

Climate change has severe impacts on people and nature in many parts of the world. Droughts and floods destroy fields and harvest, disease are spreading. We need to take strong action on climate protection to minimise the impacts of changing climate and to save God's creation. 

I take seriously Genesis 2:15, which says, "God took the man and put him in the Garden of Eden to till it and keep it". This verse remind us that God has given us the responsibility to act of his creation - to care for, manage, oversee and protect all that God owns. 

I am not alone but part of a powerful youth movement desiring action on climate change. Youth are not only victims of climate change but are also the harbingers of climate action.

Youth Climate Action Day is a global movement of young people concerned about climate change and global injustice. They point out opportunities for action. They learn from each other. At any place on Earth we have to face special challenges. Reduction of comsumption and waste, acting environmentally friendly and dedication to renewable energies instead of coal combustion are some of our key issues. 

I have been invited twice to talk to young Christian in the Youth Climate Action Day 2024, first at the workshop in the Role of Youth and Climate Justice on September 21-22, 2024 at Batam, Riau Islands Province, Indonesia. The activities of the Youth Climate Action Day, held by the United Evangelical Mission (UEM) Asia Region in collaboration with the Christian Protestant Church of the Batak (HKBP) District of the Riau Islands. 

The participants in this event included young people from Batam area, as well as UEM member churches. The UEM member churces show that we need ecumenical co-operation and advocacy on climate and eco-justice. For me, churches are a hope for the future of our faith and climate action response. 

For the second time around, I was invited to be the resource speaker  in the Bohol Conference Youth Fellowship (BCYF) Koinonia 2024. The BCYF Koinonia 2024 aims to inspire and empower young Christian as they gather to deepen their faith, renew their commitment to service, and reflect on the vital role they play as stewards of creation in a world facing unprecedented environmental challeges.

Youth Climate Action Day in the BCYF Koinonia 2024

This event held by the Bohol Christian Youth Fellowship in partnership with the UEM Asia Region, under the theme "TAHAS". In Cebuano, TAHAS means task, duty, or mission. TAHAS remind us our responsibility to be stewards of the Earth and to protect its resources for future generations.

TAHAS inspired more than 1000 young Christian to take responsibility for creation in the BCYF Koinonia 2024 on December 27-31, 2024 at San Miguel, Bohol, Philippines.

Youth for climate justice
Young people are not only victims of climate change. They are also valuable contributors to climate action. Young Christians are calling for climate justice in their communities, workplaces, and churches, and are working to lobby for change more widely. They believe that God has given humans a responsibility to care creation, and that human should act as stewards of the environment.

Together, we can contribute to the climate justice through adopting sustainable pratices, supporting local environmental initiatives, and pushing for stronger climate policies.

Young people from all over the world are taking part in Youth Climate Action Day. Chek out Youth Climate Action Day at climateactionday.org

Join the global climate action movement, learn more and TAKE ACTION TODAY!

Berto Sitompul is an ecopedagogical practitioner and founder of the Teaching Waste Bank, Indonesia. Teaching Waste Bank is an initiative to encourage people especiallly young generation to manage waste as part of climate change mitigation. 

Sunday, October 27, 2024

10 Istilah Dalam Pendidikan Perubahan Iklim yang Harus Dipahami Guru

Panduan Pendidikan Perubahan Iklim

Pendidikan perubahan iklim merupakan salah isu prioritas dalam Kurikulum Merdeka ataupun Kurikulum Nasional. Hal ini menjadikan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum yang responsif perubahan iklim untuk mempersiapkan generasi berketahanan terhadap dampak krisis iklim.

Pemerintah telah merilis Panduan Pendidikan Perubahan Iklim dalam giat yang bertajuk "Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka" pada Selasa, 27 Agustus 2024. Panduan Pendidikan Perubahan Iklim dapat diakses dan dipelajari lebih lanjut melalui tautan berikut kurikulum.kemdikbud.go.id

Menurut Panduan Pendidikan Perubahan Iklim, pendidikan perubahan iklim adalah salah satu isu prioritas dalam kurikulum yang bertujuan mengembangkan kompetensi peserta didik dalam menghadapi krisis iklim. 

Pendidikan perubahan iklim kini menjadi bagian dari kurikulum nasional di Indonesia, diterapkan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.


Ada berbagai macam istilah-istilah penting dalam pendidikan perubahan iklim. Jika tidak dipahami artinya, Bapak dan Ibu guru mungkin akan kesulitan saat memasukkannya dalam proses pembelajaran. 

Maka dari itu, sebaiknya pahami istilah-istilah dalam pendidikan perubahan iklim. Apa saja istilah baru yang akan sering digunakan dalam pendidikan perubahan iklim ini dan apa artinya? Berikut penjelasannya. 

Perubahan iklim
Perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca bumi, dapat terjadi secara alami misalnya akibat letusan gunung berapi dan aktivitas matahari maupun aktivitas manusia. Saat ini perubahan iklim terbukti telah menimbulkan dampak risiko dan bahaya yang mengancam keberlanjutan kehidupan tidak hanya manusia tetapi semua mahluk di Bumi, sehingga para ilmuwan sepakat untuk menyebutnya sebagai "krisis iklim". 

Krisis iklim
Perubahan iklim yang telah berada pada tingkatan ekstrem sehingga dapat mengancam keberlanjutan kehidupan semua mahluk di bumi. Frasa "krisis iklim" dipakai oleh ilmuwan dan pegiat lingkungan untuk menggambarkan situasi sangat genting akibat perubahan iklim yang mengancam keberlanjutan kehidupan semua mahluk di bumi. 

Antropogenik
Peristiwa yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Sederhananya, penyebab krisis iklim adalah manusia. Aktivitas menusia menghasilkan gas rumah kaca yang menjadi penyebab paling utam pemanasan global sehingga terjadinya krisis iklim. 

Pemanasan global
Meningkatnya suhu permukaan bumi akibat akumulasi gas rumah kaca di atmosfer. Pemanasan global banyak disebabkan oleh aktivitas manusia terutama dari kegiatan pembakaran menggunakan bahan bakar fosil seperti kegiatan produksi di pabrik, penggunaan alat transportasi, dan lainnya. 

Gas Rumah Kaca (GRK)
Sekelompok gas yang memiliki kemampuan menyerap energi panas cahaya matahari, termasuk diantaranya karbondioksida, metana dan dinitrrogen oksida. Akumulasi gas-gas tersebut menciptakan lapisan tebal yang menangkap radiasi panas sehingga menyebabkan peningkatan suhu global dan berdampak bagi bumi.

Efek rumah kaca
Proses terperangkapnya panas matahari di dekat permukaan oleh zat-zat yang dikenal sebagai gas rumah kaca. Keberadaan efek tersebut membuat suhu di bumi tetap optimal untuk kehidupan dan tempat tinggal berbagai mahluk hidup. Namun, efek rumah kaca yang tidak terkendali akibat peningkatan gas rumah kaca dan emisi karbon dioksida menimbulkan dampak negatif.  

Adaptasi perubahan iklim 
Berbagai usaha untuk melindungi diri atau menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi di masa depan.

Mitigasi perubahan iklim
Segala bentuk tindakan untuk memperlambat laju perubahan iklim, umumnya terdiri: (1) usaha mengurangi emisi gas rumah kaca, dan (2) usaha menyerap gas rumah kaca dari atmosfer bumi.

Rendah karbon
Aktivitas manusia yang dipilih atau dirancang sedemikian rupa agar tidak mengahasilkan gas rumah kaca atau menghasilkan sesedikit mungkin gas rumah kaca. Sebagai contoh: "gaya hidup rendah karbon", "pembangunan rendah karbon", dan lain-lain.

Bencana hidrometorologi
Hidro = air, metereologi = cuaca. Peristiwa terkait air dan cuaca yang menimbulkan kerugian atau korban.  

Itulah beberapa istilah dalam pendidikan perubahan iklim yang akan sering Bapak dan Ibu guru temui dan gunakan saat memasukkan isu perubahan iklim dalam proses pembelajaran. Semoga bermanfaat. 

Tuesday, October 15, 2024

P5 Jangan Ngasal

Projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka

Sejak Kurikulum Merdeka diluncurkan, kita sering mendengar tentang P5 yakni projek penguatan profil pelajar Pancasila. Meskipun sudah berjalan beberapa tahun akan tetapi di lapangan tidak sedikit yang mispersepsi terkait implementasinya. Beberapa praktik yang terjadi, seperti P5  harus menghasilkan sebuah produk dalam bentuk barang untuk dipamerkan dan jenis produk sudah ditentukan.
 
Tidak mengherankan jika kemudian demi terlihatnya P5 di sekolah, guru-gurunya yang kemudian sibuk merancang kegiatan, menginstruksikan murid untuk melakukan ini itu, atau bahkan guru-gurunya yang sibuk mengerjakan projek dibantu oleh muridnya, lalu setelah projek selesai, lenyap pula karakter yang menjadi esensi dimensi profil pelajar Pancasila.

Padahal P5 itu bukan sekadar produk dan selebrasi panen hasil belajar. P5 merupakan penguatan karakter murid. Produk atau aksi yang dihasilkan berasal dari karakter-karakter baik yang berhasil tertanam dan dikembangkan oleh anak melalui pelaksanaan P5. Apa gunanya punya produk atau aksi tetapi karakter tidak berhasil tertanam dan dikembangkan oleh murid? Apa gunanya selebrasi jika karakter baik tidak berhasil ditanamkan di kehidupan mereka sehari-hari?


P5 seharusnya menjadi jembatan solusi untuk berbagai masalah di sekolah. Melalui P5, murid belajar tidak hanya teori, tetapi juga mengembangkan karakter, kreativitas, dan kolaborasi untuk menghadapi tantangan nyata. Lebih dari sekadar tampilan, panen karya adalah perayaan perjalanan dan pembelajaran. 

Mencermati Tujuan
Menentukan Tujuan P5


Saat memulai P5, banyak sekolah yang memulai dengan pertanyaan, "Mau angkat tema apa ya di P5 tahun ini?" atau "Produk apa yang akan dihasilkan dalam P5 nanti?".

Padahal sesunguhnya ada yang lebih penting daripada produk ataupun tema, yakni tujuan P5 yang akan dicapai. Sesuai namannya, tujuan P5 adalah mencapai kompetensi dan karakter yang tertuang dalam dimensi. Ini yang sering diabaikan, di banyak sekolah selalu berfokus pada produk atau tema.
 
Sekali lagi, P5 tidak harus menghasilkan produk, kegiatannya tidak harus berbiaya besar, dan tidak harus mengandalkan teknologi. Ukuran keberhasilan P5 bukan terletak kepada kemeriahan acara atau besarnya biaya yang dikeluarkan, tetapi pengembangan karakter yang dirasakan oleh peserta didik. Hal ini yang perlu dicatat dan dijadikan patokan oleh satuan pendidikan atau oleh guru.

Proses atau Aktivitas
Projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) merupakan upaya untuk mendorong tercapainya profil pelajar Pancasila dengan menggunakan paradigma baru melalui pembelajaran berbasis projek. 

Menurut Edutopia, pembelajaran berbasis proyek (project based learning) disingkat PjBL adalah pendekatan kelas yang dinamis di mana peserta didik secara aktif mengeksplorasi masalah dan tantangan dunia nyata untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.


Di dalam pembelajaran berbasis projek kita memang dihadapkan pada kegiatan dan produk dengan tema tertentu. Namun, dalam hal ini yang menjadi fokus utama kita adalah bagaimana proses pembelajarannya bisa bermakna bagi kemajuan belajar peserta didik, bukan produknya. 

Selama ini guru beranggapan pembelajaran menghasilkan produk merupakan pembelajaran berbasis projek ternyata keliru. Bukan produk atau nilai yang menjadi tujuannya tetapi proses pembelajaran yang meningkatkan kompetensi murid. 

Murid terlibat dalam pembelajaran dan mampu mencari, memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan projek yang diberikan dengan pertanyaan pemantik. Karenanya, guru perlu merancang pertanyaan pemantik dan pertanyaan apa yang perlu diketahui terkait topik projek (need to know questions).
 

Perbedaan pembelajaran projek dan pembelajaran berbasis projek

P5 tidak sama dengan projek pembelajaran mata pelajaran. Keduanya jelas memiliki tujuan capaian yang berbeda. Di P5, tujuannya adalah pencapaian dimensi profil pelajar Pancasila, sedangkan projek mata pelajaran tujuannya Capaian Pembelajaran. 

Pembelajaran berbasis projek bukan hanya kegiatan-kegiatan membuat produk atau karya, namun kegiatan yang mendasarkan seluruh rangkaian aktivitasnya pada sebuah persoalan yang kontekstual. Oleh karenanya, pembelajaran berbasis projek biasanya mencakup beragam aktivitas yang tidak bisa dilakukan dalam jangka waktu yang pendek. 

Pelibatan murid secara aktif dalam seluruh tahapan projek (pengenalan tema, kontekstualisasi, aksi nyata, refleksi, kritik, dan revisi) menumbuhkan perasaan kepemilikan pada proses belajar yang dapat mendorong murid menjadi pembelajar aktif.

Asesmen
Asesmen P5 bukan  membandingkan produk murid dan menilai produk tetapi rubrik pencapaian dimensi untuk menyimpulkan pencapaian projek profil. Data diperoleh dari jurnal (guru) dan portofolio (peserta didik). Hasil data yang terkumpul selama proses P5 berlangsung, lalu diolah sebagai gambaran capaian peserta didik secara menyeluruh.

Dengan mencermati tujuan, proses atau aktivitas, dan asesmen dalam P5 dapat meeluruskan mispersepsi P5. Harapannya, P5 memberikan kesempatan kepada murid meningkatkan kompetensi dan karakternya sesuai dengan profil pelajar Pancasila. 

Monday, June 24, 2024

Surat Terbuka untuk Mas Menteri: Sebuah Apresiasi atas Kurikulum Peduli Lingkungan


Mas Menteri yang saya hormati, 

Saya menulis surat terbuka ini sebagai ucapan terima kasih atas inisiatif Mas Menteri menjadikan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum peduli lingkungan. Kurikulum yang responsif perubahan iklim. Itu sebuah kebijakan yang sangat besar artinya bagi anak-anak dan generasi muda untuk siap menghadapi dan mampu beradaptasi dengan kondisi bumi. 

Memasukkan tema lingkungan dan perubahan iklim ke dalam kurikulum sekolah seperti integrasi pendidikan perubahan iklim dalam Kurikulum Merdeka adalah program yang brilian. Terkait dengan itu, Mas Menteri sudah menjawab keinginan masyarakat Indonesia tentang urgensi iklim pada kebijakan dan kurikulum. 

Hal ini sejalan dengan survei jaringan pembangunan global PBB (UNDP) yang menemukan bahwa lebih dari separuh atau 54 persen masyarakat Indonesia menyerukan sekolah untuk memberi lebih banyak materi tentang perubahan iklim.

Saya yakin, Mas Menteri berkomitmen memperkuat pendidikan perubahan iklim. Hal ini tampak jelas dalam salah satu tujuan kebijakan Kurikulum Merdeka, yaitu membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang sadar perubahan iklim. 

Dan perubahan iklim ditetapkan sebagai salah satu isu prioritas yang diterapkan lintas mata pelajaran melalui (1) intrakurikuler, mengintegrasikan ke dalam capaian pembelajaran mata pelajaran dan  contoh modul ajar mata pelajaran yang dapat dikontekskan dengan isu perubahan iklim, misalnya program nol sampah dan keanekaragaman hayati; (2) kokurikuler, mengintegrasikan dengan tema projek penguatan profil pelajar Pancasila seperti Gaya Hidup Berkelanjutan; (3) ekstrakurikuler, memasukkan perubahan iklim dalam aktivitas ekstrakurikuler; dan (4) budaya sekolah, mengintegrasikan dalam budaya sekolah (kebiasaan dan kebijakan di tingkat sekolah). 

Mas Menteri, secara khusus saya ingin menyampaikan tentang pentingnya ekstrakurikuler lingkungan hidup bernama Bank Sampah Sekolah. Bank Sampah Sekolah adalah fasilitas untuk mengelola sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) sebagai sarana edukasi, perubahan perilaku, dan ekonomi sirkular yang dibentuk dan dikelola oleh warga sekolah. 

Prinsip kerja Bank Sampah Sekolah adalah mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang dan terpilah dari warga sekolah serta memiliki manajemen layaknya bank konvensional tetapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah

Baru-baru ini, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) meluncurkan pedoman menghijaukan sekolah dan kurikulum hijau yang memuat pentingnya fasilitas dan program pengelolaan sampah dan sampah elektronik (e-waste) di sekolah meliputi pemilahan sampah dan edukasi. Pengelolaan sampah elektronik ini masih sangat jarang dilakukan di sekolah-sekolah di Indonesia baik dalam bentuk edukasi e-waste maupun pengumpulan sampah elektronik (e-waste collection).

Saya berharap sekali, Mas Menteri, ada regulasi dan panduan yang dikeluarkan oleh Kemendikbudristek terkait ekstrakurikuler lingkungan hidup, Bank Sampah Sekolah, sebagai upaya untuk menghijaukan sekolah. Saya yakin bahwa sekolah bisa menjadi tempat pendidikan pengelolaan sampah sejak dini dengan mempraktikkan pengelolaan sampah mulai dari pemilahan, pengumpulan, penimbangan, dan hingga penabungan sampah di Bank Sampah Sekolah. 

Selain itu, dengan adanya Bank Sampah Sekolah dapat menjadi sumber belajar pada projek penguatan profil pelajar Pancasila tema Gaya Hidup Berkelanjutan, mendukung Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS), dan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di sekolah.

Semoga integrasi pendidikan perubahan iklim dalam Kurikulum Merdeka ini dapat terus dipertahankan dan diperluas ke hal-hal baik lainnya seperti ekstrakurikuler lingkungan hidup, Bank Sampah Sekolah.

Salam nol sampah!
Berto Sitompul*

*) Berto Sitompul menginisiasi Bank Sampah Mengajar (BASMENJAR) di Kabupaten Bengkalis, Riau dan mempelopori edukasi e-waste dan pengumpulan sampah elektronik (e-waste collection) pertama di Pulau Sumatera.  

Friday, April 12, 2024

Peranan Teknologi dalam Pendidikan Anak di Era Digital

Belajar di perangkat tablet (Dok. Kumon)

"Orang yang tidak meluangkan waktu lima hingga 10 jam seminggu dalam pembelajaran digital akan menjadi usang dengan teknologi"
Stephenson, CEO dan pimpinan AT&T 

Pada masa sekarang ini, perkembangan teknologi bisa dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah bidang pendidikan. 

Dulu, sekolah hanya bisa dilakukan bila guru melakukan tatap muka dengan para siswa. Namun di era digital ini, kegiatan tatap muka seolah-olah tidak perlu dilakukan karena adanya bantuan teknologi. 

Adanya penerapan teknologi untuk menunjang pendidikan sebetulnya bukan hal-hal yang baru amat. Namun sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, keberadaan teknologi semakin memiliki peran penting dalam pendidikan anak. 

Mengingat saat ini anak usia sekolah mengandalkan teknologi untuk belajar, bermain, dan juga bersosialisasi dengan teman-temanya. 

Tiga kebutuhan tersebut semakin meningkat ketika anak memasuki usia remaja. Misalnya, saat ini semakin marak kursus online seperti kursus bahasa inggris online dan les matematika online 

Kali ini, guruberto.com akan menjelaskan beberapa peranan penting teknologi dalam pendidikan anak di era digital. Yuk, simak ulasannya. 

Peranan teknologi dalam pendidikan anak



Peranan teknologi dalam dunia pendidikan berkembang pesat seiring dengan munculnya peralatan dan aplikasi untuk menunjang proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, ini dia lima peranan teknologi dalam pendidikan anak di era digital.
1. Meningkatkan minat belajar anak
Salah satu peranan teknologi dalam pendidikan adalah meningkatkan minat belajar anak. Karena teknologi dapat membantu guru dalam menyiapkan materi dan perangkat ajar agar lebih menarik dibandingkan melalui metode tradisional.

Selain itu, kebanyakan anak familiar dengan teknologi dan piawai bermain gawai sehingga mereka cenderung lebih tertarik terhadap aktivitas pembelajaran melalui teknologi.

2. Memudahkan proses pembelajaran
Peranan teknologi dalam pendidikan selanjutnya adalah memudahkan proses pembelajaran. Teknologi memberikan akses mudah ke beragam sumber belajar seperti buku elektronik, lembar kerja, video pembelajaran, dan aplikasi pendidikan.

Salah satu manfaat utama penggunaan teknologi dalam pembelajaran adalah keluwesan. Anak tidak terikat oleh waktu dan tempat tertentu, mereka tetap bisa belajar kapan saja dan di mana saja sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Metode pendidikan berbasis teknologi seperti itu salah satunya ada di KUMON CONNECT. Di sini anak dapat belajar secara digital dengan metode Kumon menggunakan tablet sebagai media belajar. Tablet juga sudah diisi dengan lembar kerja pelajaran matematika dan bahasa inggris. 

Melalui Kumon digital, materi dan soal-soal yang diajarkan di bimbel matematika anak dan les bahasa inggris anak bisa kita dapatkan hanya dalam genggaman.

3. Memantau kemajuan belajar
Peranan teknologi dalam pendidikan berikutnya adalah mendukung penilaian dan pemantauan kemajuan belajar anak. 

Kita contohkan pada penggunaan KUMON CONNECT. Tak hanya anak, Ayah dan Bunda juga dapat terhubung melalui KUMON CONNECT sehingga dapat memantau perkembangan belajar anak dan mengetahui umpan balik dari pengajar melalui fitur Study Records.

Melalui fitur tersebut, kita bisa melihat hasil belajar dan informasi mengenai tanggal pengerjaan, lamanya waktu pengerjaan, dan banyaknya lembar kerja yang sudah dikerjakan.

4. Membangun kolaborasi 
Peranan teknologi dalam pendidikan selanjutnya adalah membangun kolaborasi yang kuat. Melalui teknologi, anak dapat bekerja sama dengan teman-teman di seluruh dunia.

Ketika terkoneksi dengan internet, mereka dapat berbagi ide, informasi, pengalaman, keterampilan, dan memecahkan masalah bersama melalui projek-projek online. Ini mengajarkan mereka pentingnya kolaborasi dalam dunia yang semakin terhubung.

5. Menumbuhkan kesadaran akan lingkungan
Terakhir, peranan teknologi dalam pendidikan anak adalah menumbuhkan kesadaran akan lingkungan. 

Salah satu aspek penting dari penggunaan teknologi dalam pembelajaran adalah mendukung keberlanjutan dan meningkatkan kesadaran lingkungan untuk bumi yang lebih baik. 

Hal ini karena pembelajaran menggunakan teknologi dapat mengurangi pengggunaan kertas seperti KUMON CONNECT, tidak butuh kertas atau buku (paperless). 

Dalam proses pengerjaan soal, KUMON CONNECT lebih ramah lingkungan karena anak mengerjakan soal melalui perangkat tablet dengan stylus pen.

Di samping itu, pembelajaran menggunakan teknologi juga dapat menghemat energi dan mengurangi emisi. 

Universitas Terbuka di Inggris menemukan bahwa rata-rata belajar daring 90 persen lebih sedikit energi dan 85 persen lebih sedikit emisi per siswa.

Mengingat pentingnya peranan teknologi dalam pendidikan anak di era digital, sewajarnyalah Ayah dan Bunda serta Bapak, Ibu guru untuk menjaga waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar, memastikan konten yang mereka akses sesuai, dan mengajarkan etika berkomunikasi yang baik di dunia digital.
 

Hybrid learning yang menyenangkan


Kita ingat di tahun 2020, pandemi Covid-19 menyebabkan dunia pendidikan harus mengalami perubahan metode kegiatan belajar mengajar dari tatap muka ke daring dengan pemanfaatan teknologi digital dan internet.
 
Selain adanya teknologi, pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga dapat membantu proses pembelajaran, hybrid learning hadir sebagai solusi pembelajaran saat ini meski tak lagi pandemi. 

Hybrid learning merupakan metode pembelajaran dengan sistem daring yang dikombinasikan dengan pertemuan tatap muka untuk beberapa jam. 

Metode pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk belajar di mana saja dan kapan saja dengan menggunakan teknologi digital. 

Penerapan hybrid learning juga dinilai lebih efektif untuk meningkatkan prestasi, keterlibatan siswa, dan pandangan positif mereka tentang pembelajaran. 

Kombinasi pembelajaran daring dengan tatap muka berhasil memadukan metode hybrid learning. Belakangan ini, metode hybrid learning tidak hanya digunakan untuk membantu anak belajar di sekolah, tetapi juga oleh beberapa lembaga kursus.

Hybrid learning 

Kumon, lembaga kursus asal Jepang menyediakan pembelajaran secara hybrid dengan materi yang lengkap dan disesuaikan dengan kemampuan anak. Sehingga pengajar dan Ayah dan Bunda dapat mengoptimalkan potensi belajar anak semaksimal mungkin.
 
Semakin menarik, sekarang Kumon menghadirkan metode hybrid learning yang menyenangkan, yaitu KUMON CONNECT

Metode belajar ini menggunakan tablet sebagai media belajar sehingga menarik minat anak untuk bersemangat belajar. Tablet juga dilengkapi dengan stylus pen untuk memudahkan mereka untuk menulis dan berkreasi.

Untuk informasi leboh lanjut mengenai program KUMON CONNECT, Ayah dan Bunda bisa langsung menghubungi Kumon terdekat atau mengunjungi laman Kumon disini

Tunggu apalagi? Yuk, segera daftarkan anak-anak untuk mengikuti kelas KUMON CONNECT.(*)