Wednesday, July 6, 2022

Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dalam Kurikulum Merdeka


Salah satu karakteristik Kurikulum Merdeka adalah menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk mendukung pengembangan karakter sesuai dengan profil pelajar pancasila. Dalam Kurikulum Merdeka, sekolah diberikan keleluasaan dan kemerdekaan untuk memberikan proyek-proyek pembelajaran yang relevan dan dekat dengan lingkungan sekolah. 

Menurut Edutopia, pembelajaran berbasis proyek (project based learning) disingkat PjBL adalah pendekatan kelas yang dinamis di mana peserta didik secara aktif mengeksplorasi masalah dan tantangan dunia nyata untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. 

Pembelajaran berbasis proyek (PjBL) adalah pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar (Barell, Baron dan Grant dalam Bender, 2012). 

Dalam kaitannya dengan keterampilan abad 21,  pembelajaran berbasis proyek disebut mampu mengajarkan beragam strategi untuk mencapai kesuskesan abad 21, membantu peserta didik mengembangkan keterampilan abad 21, meningkatkan tanggung jawab, melatih pemecahan masalah, self direction, komunikasi dan kreativitas.


Gregory dan Chapman (2007) mengklasifikasikan pembelajaran berbasis proyek ke dalam tiga ketegori yaitu 
  1. proyek terstruktur (structured poject)
  2. proyek sesuai topik (topic related project)
  3. proyek terbuka tertutup (open ended project)

Pembelajaran berbasis proyek didukung oleh teori belajar konstruktivistik yang menjadikan peserta didik sebagai subjek atau pusat pembelajaran, menitikberatkan proses belajar yang memiliki hasil akhir berupa produk, artinya peserta didik diberi kebebasan untuk menentukan aktivitas belajarnya sendiri, mengerjakan proyek pembelajaran secara kolaboratif sampai diperoleh hasil berupa suatu produk. Itulah mengapa kesuksesan pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh keatifan peserta didik. 

Kendati demikian, pembelajaran berbasis proyek bukan hanya kegiatan membuat produk atau karya, namun kegiatan yang berdasarkan seluruh rangkaian aktivitasnya pada sebuah persoalan yang kontekstual. Oleh karenanya, pembelajaran berbasis proyek biasanya mencakup beragam aktivitas yang tidak bisa dilakukan dalam jangka waktu pendek. 

Adapun ciri lainnya adalah pembelajaran berbasis proyek dipandu oleh pertanyaan menantang.

Mengutip Rais dalam Lestari (2015), ada enam tahapan dalam pelakasanaan project based learning yaitu:
1. Pengenalan masalah (pertanyaan)
Pertanyaan pemantik dalam proyek/kegiatan adalah pertanyaan yang dapat memancing ketertarikan dan rasa ingin tahu peserta didik. Pertanyaan ini mendorong peserta didik untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut atau melakukan proses inkuiri untuk menjawabnya. Oleh karenanya pertanyaan ini harus berjenis pertanyaan terbuka (open-ended question) yang jawabannya tidak tersedia di dalam buku atau internet. 

2. Mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dengan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek

3. Penyusunan jadwal proyek
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi pendidik juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga pendidik meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.

4. Pelaksanaan dan monitoring proyek
Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pendidik berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Pendidik mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok. 

5. Menguji hasil (presentasi proyek)
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian.

6. Evaluasi dan refleksi
Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.


EmoticonEmoticon