Wednesday, May 26, 2021

Ketahui 4 Miskonsepsi Umum Tentang HOTS

Photo by learnfromblogs.com

Ada banyak pandangan tentang  Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KBTT)/Higher Order Thinking Skills (HOTS), terlebih kaitannya dengan level kognisi yang diajukan Bloom. 

Sebagai contoh adalah banyaknya kata kerja bantu yang dirumuskan oleh para pakar pendidikan. Berbagai kata kerja bantu tersebut kadang disalahfungsikan. Kita harus hati-hati dalam memahami taksonomi Bloom sehingga tidak terjadi miskonsepsi. 

Mengutip buku dari R. Arifin Nugroho yang berjudul HOTS (Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi: Konsep, Pembelajaran, Penilaian, dan Soal-soal) ada beberapa miskonsepsi tentang taksonomi Bloom pada tataran HOTS, di antaranya yaitu:

1. Jenis soal HOTS akan tetap menjadi soal HOTS meskipun diujikan pada waktu yang berbeda
Soal HOTS tidak bersifat kekal. Seringkali terjadi bahwa soal yang dibuat bertujuan untuk mengukur HOTS, tetapi guru telah mendiskusikan jenis soal tersebut sebelumnya (saat pembelajaran di kelas). 

Hal ini hanya akan mengubah level soal dari HOTS menjadi level mengingat, karena siswa hanya mengingat pembahasan soal yang pernah dilakukan.

2. Jenis soal telah dibuat menggunakan kata kerja bantu taksonomi Bloom, maka sudah dapat mengukur level kognisi yang diinginkan
Prinsip dari soal-soal atau penugasan untuk mengukur level HOTS adalah esensinya, bukan pada kata kerja bantu. Selama ini masih banyak guru yang memperdebatkan cocok tidaknya kata kerja bantu yang digunakan daripada berdebat tentang konten soal atau penugasan.

Misalnya, penggunaan kata kerja bantu "jelaskan". Dalam taksonomi Bloom, kata "jelaskan" bisa berada pada beberapa level kognisi.

Contoh soal 1: Jelaskan defenisi pencemaran lingkungan!
Soal berada pada level pemahaman (understand)
Contoh soal 2: Jelaskan solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di sekolah kita!
Soal ini berada pada level tertinggi, yaitu mencipta (create)

3. Pertanyaan atau soal yang sulit selalu menunjukkan level HOTS
Pertanyaan ini kurang tepat. Pertanpyaan yang sulit dijawab belum tentu bisa digunakan untuk mengukur HOTS. Begitu pula sebaliknya. Pertanyaan HOTS tidak harus uslit untu dijawab.

4. Siswa tingkat sekolah dasar belum mampu menguasai HOTS
Menurut Jensen (1988), siswa sekolah dasar kelas satu sudah bisa dikenalkan dengan cara berpikir tingkat tinggi untuk menumbuhkan otaknya. Apalagi anak-anak tersebut berada pada masa emas pertumbuhan otak. Faktanya cukup sederhana pemecahan suatu masalah sudah dimulai saat anak berusia satu atau dua tahun.

Bahkan Kendal Ganong menyampaikan bahwa Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan tempat terbaik untuk mengembangkan HOTS pada kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Pada usia ini anak selalu mengajukan berbagai pertanyaan kritis dan selalu mencoba berbagai hal baru (Conklin, 2012).

Memang guru perlu kecermatan dalam menyusun berbagai perangkat HOT(Higher Order Thinking). Sisi kebahasaan (linguistik) harus dibuat lebih komunikatif dan sederhana sesuai tingkat psikologi belajar siswa.

Sebagai contoh, anak-anak usia Sekolah Dasar (SD) diberikan kalimat yang tidak lebih dari 8 kata per kalimat. Pada tataran ini, siswa juga masih berada dalam tahap konkret operasional.

1 comments so far

terima kasih informasinya bapak... pengen bisa menulis seperti bapak...


EmoticonEmoticon