Monday, January 21, 2019

Membangun Personal Branding dengan Formula Circle-P (Circle Personal)


Apapun profesi kita: birokrat, politikus/negarawan, bahkan ibu rumah tangga, pasti melakukan personal branding. Mengeposkan kegiatan harian kita di media sosial atau sekadar tersenyum pada orang baru yang kita kenal sesungguhnya juga merupakan bagian dari personal brandingPersonal branding adalah proses membangun suatu reputasi atau personal brand. 
Salah satu kunci sukses meniti karier di era milenial adalah personal branding. Mengutip Ashley Stahl, kontributor majalah Forbes yang meriset masalah karir, memasarkan diri sebagai "brand" yang lebih baik akan membantu seeseorang untuk bisa dikenal oleh calon perusahaan, pelanggan, atau siapapun yang penting bagi karir tersebut.
Lantas, bagaimanakah cara membangun personal branding yang baik sekaligus efektif di era milenial ini? Simak formula Circle-P (Circle Personal) dari buku pakar branding Silih Agung Wasesa berjudul "Personal Branding Code" terbitan Noura Publishing (2018).

Siklus Pertama: Membangun Benih Unggul Karakter Pribadi Melalui BEDA-AUTENTIK (COMPETENCY)
COMPETENCY

Sekitar 50% energi personal branding, akan disiapkan untuk membangun kompetensi ini. Kompetensi itu ujung tombak personal branding. Kita harus bisa membuat perbedaan yang benar-benar tajam (beda autentik) hingga dapat dengan mudah ditancapkan dalam pikiran target audensi. Ringkasnya, bagaimana perbedaan personal branding kita adalah perbedaan autentik, tidak dimiliki orang lain dengan profesi serupa, serta pas sebagai solusi bagi target audiensi kita.
Mari, kita andaikan bahwa profesi kita adalah pendongeng. Bagaimana kita memosisikan autentisitas profesi kita dibandingakan dengan pendongeng-pendongeng lain yang banyak bertebaran di Indonesia?
Untuk membangun beda-autentik sebagai pendongeng, kita gali terlebih dahulu kapasitas internal yang kita miliki sebagai pendongeng. kemudian bandingkan dengan yang dimiliki oleh pendongeng-pendongeng yang lain. Apakah yang kita punya? Misalnya, meniru suara binatang, berapa banyak yang bisa kita tirukan, 30, 40, atau 100? Adakah pendongeng lain yang mampu menirukan lebih banyak suara binatang? Jika ternyata tidak ada pendongeng lain yang bisa menirukan beda-atutentik kita, ya, segera ambil. Karnot, pendongeng dengan 104 suara, misalnya. Cukup keren, kan? Bagaimana kalau ternyata ada pendongeng lain yang lebih andal? Ya, cari keunggulan lain. Apakah mendongeng 24 jam tanpa henti? Menirukan suara alam? Menirukan alat musik? Mempunyai cerita-cerita orisinal? Ataukah, khusus dongeng sejarah?

Siklus Kedua: Memberi Pupuk agar Bibit Tumbuh dan Berbunga (Connectivity)
Sehebat apa pun benih Competency jika tidak diberikan treatment khusus, tak ubahnya bibit yang tidak diberi pupuk. Dia akan mati sebelum berkembang, bahkan tumbuh pun tidak. Competency berkaitan dengan kemampuan atau kapasitas yang akan kita tonjolkan,sebagai pembeda dengan orang lain. Sedangkan, Connectivity adalAh menghubungkan kompetensi personal ke target audiensi. Jadi, tantangannya adalah (1) membuatkan jalan serta (2) memastikan jalan tersebut memang bisa digunakan oleh kompetensi kita untuk menuju target audiens.
Dalam membuatkan jalan, bisa menggunakan jaringan koneksi atau media-media penyampai pesan. Saat ini, medium pemyampai pesan lebih beragam. Dalam era digital, kita mengenal media sosial, media online, word of mouth, hingga media massa. Yup, media massa salah satunya.

Siklus Ketiga: Serious CREATIVITY for Sustainability
Creativity sepenuhnya diperlukan untuk menciptakan keberlangsungan hidup reputasi yang kita bangun. Dalam konteks yang lebih lugas, kreativitas merupakan bahan bakar pencipta sumber pendapatan personal branding. Selain itu, Creativity juga sekaligus memperpanjang loyalitas target audiensi karena mereka selalu menemukan inovasi-inovasi baru dalam keahlian kita.
CREATIVITY

Inovasi-inovasi terpenting adalah saat kita memberikan solusi yang berbeda untuk target audiensi ataupun stakeholeder kita. Kompetensi akan semakin kuat saat kita bisa memberikan solusi dalam bentuk berbeda. Penyebabnya sederhana, otak membutuhkan stimulus baru sehingga semakin banyak kita memberikan inovasi solusi pada stakeholder kita; akan semakin kuat reputasi kita tertancap dalam benaknya.

Siklus Keempat: Dashboard Reputasi Personal Branding (COMPLIANCE & CONTRIBUTION)
Compliance itu seperti busa sabun. Tidak bermanfaat, tetapi dicari jika tidak ada. Jika sabun tidak berbusa, rasanya ada yang hilang dalam proses mandi atau sekedar cuci tangan. Bahkan, semacam kekecewaan yang muncul. Sabun memang seharusnya berbusa. Begitulah Compliance bekerja. Silahkan dicatat, apa sajakah "busa" yang harus ada dalam reputasi personal brandingPertama, integritas. Kedua, kejujuran. Ketiga, keterbukaan pendapat. Busa sabun dalam personal branding adalah nilai-nilai etis yang menjadi semacam komitmen dalam budaya masyarakat.
COMPLIANCE

Jika Compliance keberadaanya sejalan dengan busa sabun, Contribution  adalah semacam batu loncatan untuk masuk ke kotak dan dimensi-dimensi bisnis dan sosial yang berbeda. Bentuk yang paling sederhana dari kontirbusi adalah perhatian terhadap persoalan-persolan sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Turunannya dalam bentuk pembicaraan sehari-hari, terutama dalam target audiensi.

Itulah langkah-langkah membangun reputasi positif melalui metode CIRCLE-P.

1 comments so far


EmoticonEmoticon