Saturday, July 3, 2021

Kiat meningkatkan kecerdasan emosional

Ilustrasi kecedasan emosional

Banyak orang beranggapan bahwa yang sangat penting adalah kecerdasan otak saja, sedangkan kemampuan lain menjadi kurang penting. Belakangan ini, mitos itu disanggah dengan berbagai macam bukti bahwa yang menentukan sukses dalam hidup seseorang adalah kecerdasan emosinya.

Penelitian Goleman mengungkapakan bahwa kecerdasan otak hanya menyumbang kira-kira 20 persen bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, dan yang 80 persen lainnya diisi oleh kemampuan-kemampuan lain, termasuk kecerdasan emosional yang meliputi kemampuan memotivasi diri dan bertahan menghadapi frustasi, mengembalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga beban stress agar tidak melumpuhkan beban berpikir, berempati dan berdoa.    

Istilah kecerdasan emosi atau dalam bahasa Inggris emotional intelligence diperkenalkan pada tahun 1990 oleh Peter Salovey dari Harvard University dan John D. Mayer dari University of New Hampshire (keduanya adalah ahli Psikologi terkemuka). 

Salovey dan Mayer mendefenisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengerti emosi, menggunakan dan memanfaatkan emosi untuk membantu pikiran, mengenal emosi dan pengetahuan emosi, dan mengarahkan emosi secara reflektif sehingga menuju emosi dan intelek (Salovey & Sluyter, 1997).  

Kalau kecerdasan otak sangat bergantung pada faktor genetik dan 'sulit untuk diubah', tidak demikian dengan kecerdasan emosi yang dapat ditingkatkan untuk meraih sukses dalam kehidupan. 

Yuk, simak kecakapan apa saja yang dapat kita asah untuk meningkatkan kecerdasan emosional!

1. Mengenal emosi diri
Gardner menjelaskan bahwa mengenali emosi diri adalah sebuah dasar dari kecerdasan emosional. Kemampuan untuk mencermati perasaan diri akan membawa kita dalam kepekaan terhadap apa yang tengah kita rasakan. Kepekaan tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan, mulai dari profesi apa yang akan kita geluti dan siapa yang akan jadi jodoh kita.

Jika kita tidak mengenali emosi diri sendiri, maka pemrosesan keputusan lewat bagian neokorteks otak tidak terwarnai dengan kepekaan, baik diri sendiri maupun sosial. Hal ini bisa kita temui pada penderita aleksitimia (tidak memiliki emosi). Mereka bukannya tidak memiliki emosi seperti yang diartikan menurut bahasa yunanni-nya (a- berarti tidak memiliki, lexis berarti kata, dan thymos berarti emosi). Namun penderita aleksitimia kesulitan mengenali emosinya sendiri.

Ketika dia menangis mereka akan kebingungan ketika ditanya apa yang menjadi penyebab mereka menangis. 

Para penderita aleksitimia tidak menguasai kemampuan dasar kecerdasan emosiol yaitu kesadaran diri (self awarness), yaiptu mengetahui apa yang dirasakan pada saat emosi bergejolak dalam diri kita.

Nah, sudahkah kita mengenal dan menyadari emosi diri?

2. Mengelola emosi
Menangani keseluruhan emosi baik emosi positif dan emosi negtif yang tengah bergejolak dalam diri kita agar dapat terungkap secara tepat adalah kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri.

Orang yang gagal menangani emosi mereka (perasaan cemas, marah dan tersinggung) akan terus menerus terlarut dalam pertarungan melawan perasaan negatif mereka. Sedangkan mereka yang pandai mengelola emosinya akan lebih cepat bangkit dari masalah yang menjatuhkan mereka.

3. Memotivasi diri
Memotivasi diri sendiri merupakan keunggulan emosional yang menjadikan sesorang istimewa di tengah kompetisi keras orang-orang yang memiliki keunggulan yang sama tingginya. Yang menjadi pembedanya adalah tingkat ketahan mereka.

Ketekukan mereka ketika menghadapi ujian fisik maupun mental, serta kemampuan menghadapi kekecewaan hidupakan membentuk pribadi yang lebih tangguh dan unggul di berbagai bidang.

Orang-orang yang dapat memotivasi dirinya sendiri akan dapat meraih tagert hidupnya lebih cepat ketimbang orang-orang yang mengandalkan motivasi dari orang lain.

4. Mengenali emosi orang lain
Goleman menjelaskan bahwa kemampuan mengenal emosi orang lain atau empati merupakan keterampilan bergaul yang juga bergantung pada kesadaran diri emosioanal (self awarness).Orang-orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi atau yang mengisyaratkan apa-apa yang menjadi kebutuhan atau dikehendaki orang lain.

5. Membina hubungan
Manusia sebagai mahluk sosial artinya manusia tidak bisa hidup sendirian. Oleh karena itu, seni membina hubungan dengan orang lain termasuk kecerdasan emosional yang sangat pendting dalam kehidupan.

Goleman mengemukakan bahwa salah satu kunci keterampilan sosial adalah seberapa baik dan buruk orang mengutarakan perasaan diri pada  orang lain, bagaimana dia mengatur kelompok, merudningkan solusi dari sebuah masalah, serta bagaiaman dia dapat mendeteksi dan memiliki pemahamaan tentang perasaan orang lain (kepekaan sosial), motif, dan keprihatinan orang lain.

Kemapuan-kemamppuan tersebut dapat membuat hubungan dengan orang lain menjadi harmonis dan menjadikan kita sukses dalam pergaulan.


EmoticonEmoticon